Prospek emiten media lebih ceria



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun lalu, bisnis emiten media bergerak melambat. Pada tahun ini, sejumlah peristiwa besar diharapkan mendorong kinerja emiten media.

Tahun 2017, rata-rata tiga emiten stasiun televisi hanya meraih pertumbuhan pendapatan 3,27%. Bahkan, dua dari tiga emiten mencetak penurunan laba bersih (lihat tabel).

Nah, di tahun ini, para analis optimistis prospek bisnis dan saham emiten media berada di area uptrend. Bukan hanya momentum puasa dan lebaran yang mengerek belanja iklan, perhelatan pilkada serentak di 171 daerah juga turut mendongkrak prospek kinerja emiten media.


Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menilai, saham emiten media tahun ini bakal ditopang beberapa katalis positif. "Ada event pilkada dan Asian Games yang sangat berkaitan dengan bisnis media massa," kata dia.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menyebutkan, emiten media massa memiliki prospek cerah pada tahun ini. Di antara saham media massa yang berpotensi uptrend adalah Media Nusantara Citra (MNCN). Sepanjang 2018, MNCN diprediksikan mengantongi pendapatan senilai Rp 7,6 triliun, tumbuh 9,67% year-on-year (yoy).

MNCN mengklaim bisa meraup pendapatan tambahan dari built-in advertising dan revenue share dari web series di media sosial seperti Instagram, YouTube dan lainnya. "Tahun ini, MNCN juga akan mengantongi pendapatan dari program Indonesian Idol sekitar Rp 175 miliar," ungkap Christine dalam risetnya, Jumat (6/4) lalu.

Christine merekomendasikan buy MNCN dengan target Rp 1.730 per saham. Angka ini lebih tinggi 20% daripada harga penutupan Jumat lalu senilai Rp 1.440 per saham.

William berpendapat, saat ini penopang kinerja keuangan emiten media masih didominasi oleh belanja iklan. Dus, katalis negatif bagi emiten media adalah perpindahan pola konsumsi masyarakat terhadap media menjadi ke ranah digital dan internet.

Sementara William merekomendasikan buy saham Surya Citra Media (SCMA), pengelola stasiun televisi SCTV dan Indosiar. Di awal tahun ini, audience share SCTV di level 15,4% dan Indosiar 15,1%. Secara total, SCMA menguasai total audience share sebanyak 30,5%.

Christine juga menilai kinerja positif SCMA pada kuartal IV-2017 didorong audience share yang tinggi pada Desember tahun lalu. Di kuartal pertama tahun ini, SCMA menargetkan kenaikan pendapatan sebesar 12%.

"Pendapatan ini disokong belanja iklan dari perusahaan multinasional, rokok, perusahaan lokal juga e-commerce," ujar Christine, yang memberi rekomendasi beli untuk saham SCMA dengan target harga Rp 2.980 per saham. Investor bisa mengantongi potensi return 11,2% dari penutupan harga pekan lalu yang sebesar Rp 2.640 per saham.

Adapun William menargetkan harga SCMA di rentang yang lebih rendah. "Target price untuk SCMA di posisi Rp 2.950 per saham hingga akhir 2018," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati