Prospek Emiten Pariwisata Dinilai Cerah Tahun 2024, Ini Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir tahun semakin dekat, perusahaan yang memiliki bisnis di bidang pariwisata diperkirakan akan mendapatkan katalis positif. Sejumlah emiten hotel menyebutkan bahwa permintaan kamar mereka biasanya meningkat pada saat akhir tahun.

Selain itu, kampanye pemilihan umum presiden 2024 juga semakin dekat, hal ini juga biasanya akan meningkatkan permintaan ruang-ruang meeting di hotel.

Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Divion Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan mengatakan bahwa emiten pariwisata memiliki prospek yang cerah untuk 2024. 


Menurut dia, hal tersebut didorong oleh beberapa faktor yang mendukung, seperti pemulihan ekonomi global pasca pandemi Covid-19, yang akan meningkatkan permintaan wisatawan domestik dan internasional

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham United Tractors (UNTR) di Tengah Moderasi Harga Batubara

Lalu peningkatan infrastruktur dan aksesibilitas ke berbagai destinasi wisata di Indonesia, yang akan memudahkan dan menarik wisatawan untuk berkunjung

Selanjutnya, kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan sektor pariwisata, seperti pemberian insentif fiskal, deregulasi, dan promosi pariwisata pastinya akan memberikan efek positif untuk emiten pariwisata.

“Yang terakhir, adanya event-event besar yang akan berlangsung di Indonesia, seperti Piala Dunia U-20, Asian Games, dan Pemilu Presiden, yang akan menambah daya tarik dan kunjungan wisatawan.” kata Reza kepada Kontan.co.id, Senin (20/11).

Selain katalis di atas, ada beberapa katalis positif lain yang bisa mempengaruhi dan memaksimalkan kinerja emiten pariwisata. Pertama adanya inovasi dan diversifikasi produk dan layanan yang ditawarkan oleh emiten pariwisata, seperti pengembangan wisata digital, wisata edukasi, wisata halal, dan wisata ramah lingkungan.

Baca Juga: MYOR, HMSP, GGRM, hingga ICBP Jadi Saham Sektor Konsumsi Pilihan Jelang Pemilu

Kedua, adanya kerja sama dan sinergi antara emiten pariwisata dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, komunitas, dan media, untuk meningkatkan kualitas dan citra pariwisata Indonesia.

Ketiga, adanya peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat lokal untuk melestarikan dan mengembangkan potensi pariwisata di daerahnya, serta memberikan pelayanan yang baik dan ramah kepada wisatawan.

Terakhir, adanya peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam industri pariwisata, seperti pelatihan, sertifikasi, dan pengembangan karir.

Namun selain itu, ada juga beberapa katalis negatif yang bisa menghambat kinerja emiten pariwisata. Pertama, adanya ancaman dan risiko bencana alam, terorisme, konflik sosial, dan kriminalitas, yang bisa mengganggu keamanan dan kenyamanan wisatawan.

Baca Juga: Sambut Window Dressing, Harga Emas Berpeluang Melambung

Kedua, itu ada persaingan yang ketat antara emiten pariwisata, baik di dalam maupun di luar negeri, yang bisa menurunkan pangsa pasar dan margin keuntungan.

Ketiga, adanya perubahan preferensi dan perilaku wisatawan, yang bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tren, teknologi, budaya, dan lingkungan, yang bisa mengurangi minat dan loyalitas wisatawan terhadap produk dan layanan emiten pariwisata.

Keempat, adanya perubahan regulasi dan kebijakan pemerintah, baik di tingkat nasional maupun internasional, yang bisa berdampak pada biaya dan proses operasional emiten pariwisata.

Baca Juga: Aksi Korporasi Kerek Harga Saham Bank

Reza mengatakan, saham PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) bisa diperhatikan dengan target harga Rp 1.200 per saham. Menurut dia, emiten ini memiliki portofolio bisnis yang beragam dan terintegrasi, mulai dari taman rekreasi, hotel, properti, hingga sirkuit internasional, yang bisa memberikan pendapatan yang stabil dan tumbuh. 

“Emiten ini juga memiliki lokasi yang strategis di Jakarta, yang merupakan ibu kota dan pusat bisnis Indonesia, yang bisa menarik banyak wisatawan domestik dan internasional.” kata Reza 

PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM), dengan target harga Rp 1.000 per saham. Menurutnya, emiten ini memiliki jaringan hotel yang luas dan berkualitas, yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, yang bisa memberikan pelayanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan dan selera wisatawan. 

Baca Juga: MYOR, HMSP, GGRM, hingga ICBP Jadi Saham Sektor Konsumsi Pilihan Jelang Pemilu

Emiten ini juga memiliki strategi bisnis yang fleksibel dan adaptif, seperti melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, mengembangkan hotel berbasis digital, dan mengoptimalkan aset dan sumber daya yang dimiliki.

PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR), dengan target harga Rp 300 per saham. Menurut dia, emiten ini memiliki bisnis yang bergerak di berbagai segmen pariwisata, seperti perjalanan, transportasi, destinasi, dan ritel, yang bisa memberikan layanan yang lengkap dan terpadu kepada wisatawan. 

Yang terakhir, PT Bayu Buana Tbk (BAYU), dengan target harga Rp 500 per saham. Menurutnya, emiten ini memiliki bisnis yang fokus pada penyediaan jasa perjalanan, baik domestik maupun internasional, yang bisa memberikan solusi dan kenyamanan kepada wisatawan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati