KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten rokok kompak merosot sepanjang semester I-2024. Hal ini terlihat dari mayoritas kinerja laba bersih emiten rokok yang lebih rendah ketimbang tahun lalu. Sebagai contoh, PT Gudang Garam Tbk (
GGRM) mencatat laba yang dapat diatribusikan pada entitas induk pada semester I 2024 sebesar Rp 925,51 miliar. Angka tersebut anjlok 71,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 yaitu Rp 3,28 triliun. Penurunan laba bersih GGRM ini didorong dari turunnya penjualan dan pendapatan GGRM pada enam bulan pertama tahun ini sebesar 10,45%
year on year (yoy) menjadi Rp 50,01 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun lalu GGRM mencatat penjualan dan pendapatan sebesar Rp 55,85 triliun.
Sementara, PT HM Sampoerna Tbk (
HMSP) mencatatkan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,31 triliun. Keuntungan HMSP turun 11,55% secara tahunan atau dari Rp 3,75 triliun per Juni 2023. Padahal penjualan bersih HMSP naik 2,96% secara menjadi Rp 57,81 triliun di semester I-2024. Pada periode yang sama di 2023, penjualan bersih emiten rokok ini mencapai Rp 56,15 triliun.
Baca Juga: Imbas Kenaikan Cukai, Pendapatan Gudang Garam (GGRM) Merosot di Semester I-2024 PT Wismilak Inti Makmur Tbk (
WIIM) mencatatkan laba bersih Rp 147,24 miliar pada periode enam bulan pertama di tahun 2024. Angka ini terkoreksi 40,35% YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 246,87 miliar. WIIM sendiri membukukan penjualan Rp 2,22 triliun pada semester I-2024, turun 6,68% YoY bila dibandingkan periode semester I-2023 yang tercatat Rp 2,38 triliun. Prospek untuk kinerja emiten rokok pada sisa akhir tahun pun dinilai akan tetap tertekan. Direktur PT Rumah Para Pedagang Kiswoyo Adi Joe memprediksi, prospek kinerja emiten rokok hingga akhir tahun masih berat. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan tarif cukai yang progresif dan pembatasan iklan rokok untuk masyarakat. "Jadi sudah iklannya dibatasi, terus yang kedua juga kenaikan cukainya yang progresif ya," kata Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Kamis (29/8).
Baca Juga: Industri Kreatif Kena Imbas Aturan Rokok Kiswoyo menyoroti soal tarif cukai yang berlaku bagi para produsen. Tarif yang diberlakukan dinilai terlalu tinggi sehingga harga jual rokok melebihi dari batas kemampuan masyarakat. Ini juga yang mendorong masyarakat beralih ke rokok lebih murah atau biasa dikenal dengan fenomena
downtrading. "Sebetulnya kenaikan cukai juga membingungkan, karena (produsen) yang produksinya besar, cukainya malah makin mahal. Sementara, untuk yang produksinya kecil, malah cukainya murah. Jadi akhirnya memang masyarakat beralih dari rokok yang mahal ke rokok murah," ujarnya. Sementara, adanya peraturan terkait pembatasan iklan juga membuat pangsa pasar para emiten rokok merosot. "Dari sisi iklan mereka sudah dipersulit. Enggak bisa seperti dulu lagi, jadi iklannya enggak boleh muncul di muka publik seperti dahulu. Jam (penayangan) pun sudah dibatasi. Itu mempersulit," terangnya. Dengan situasi seperti ini, Kiswoyo pun merekomendasikan untuk tidak membeli saham rokok. Sebab, tidak ada nilai tambah atau prospek ke depan yang bagus, kecuali peraturannya diubah. "Jadi dengan situasi dan kondisi yang saat ini sih. Saya bilang jauhi saham rokok. Saham konsumer lain masih mending," kata dia.
Baca Juga: Industri Media Luar Griya Terancam, Aturan Zonasi Iklan Rokok Dinilai Memberatkan Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat saham untuk HMSP dan GGRM berpotensi berada di awal fase
reversal-nya.
"Saat ini harga HMSP dan GGRM masih berada di fase koreksi wajarnya," ucap William kepada Kontan.co.id, Kamis (29/8). William melihat pergerakan saham HMSP berada di level
support Rp 640 dan
resistance Rp 800. Dia pun merekomendasikan
buy on weakness saham HMSP dengan target harga hingga akhir tahun Rp 950 per saham. Kemudian, ia juga melihat pergerakan saham GGRM berada di level
support Rp 14.475 dan
resistance Rp 1.700. William merekomendasikan
buy on weakness saham GGRM dengan target harga hingga akhir tahun Rp 19.500 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati