Prospek emiten sektor properti akan tertahan kenaikan suku bunga acuan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fokus pelaku pasar pada hari ini (30/5) akan tertuju ke Jl. Thamrin, Jakarta Pusat. Di markasnya ini, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter terkini menyikapi kondisi pasar yang masih volatil.

BI berencana menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini. Ada dugaan, bank sentral kembali mengerek BI-7 day reverse repo rate (7-DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.

Kebijakan BI bakal mempengaruhi pasar saham ke depan, terutama saham yang sensitif terhadap suku bunga, seperti properti. Meski demikian, bank sentral dikabarkan siap melonggarkan kebijakan loan to value (LTV) untuk kredit properti. Harapannya, kredit perumahan tumbuh.


Akan tetapi, pelonggaran LTV dinilai akan sia-sia apabila BI tetap mengerek suku bunga acuannya. "Sekalipun LTV dilonggarkan, belum tentu masyarakat membeli properti, mengingat daya beli yang lesu," ungkap Okky Jonathan, analis Erdikha Elit Sekuritas kepada Kontan.co.id, Senin (28/5).

Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Nathanael Sutyanto menilai langkah rencana BI melonggarkan LTV untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara, yang dibutuhkan saat ini adalah stabilisasi pasar, lewat penguatan rupiah. "Ini (pelonggaran LTV) berarti BI mau menjalankan kebijakan pro growth. Tapi kenaikan suku bunga akan memperlambat pertumbuhan," jelas David.

Selain itu, BI perlu mempertimbangkan dampak lanjutan kenaikan suku bunga acuan kali ini. Meski diakui kenaikan suku bunga acuan bakal direspons positif oleh pasar.

Jika melihat kondisi terkini pasar, Okky juga menilai, BI perlu menaikkan suku bunga acuan. Hal ini mengingat pelemahan rupiah terus terjadi dan pasar masih volatil.

Untuk itu, dia menyarankan investor lebih cermat berinvestasi di sektor ini. Dengan kata lain, untuk jangka panjang investor harus banyak melihat fundamental saham sektor properti. "Melihatnya cukup mudah, dengan membandingkan pendapatan year-on-year (yoy), apakah ada kenaikan signifikan atau malah turun," kata dia.

Dengan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan sedikit membaik, diharapkan kuartal III-2018 pertumbuhan sektor properti mulai pulih. Tapi Okky masih pesimistis pertumbuhan cenderung lesu, mengingat potensi BI yang bakal menaikkan suku bunga acuan lagi.

Jika investor ingin masuk sektor properti, strateginya adalah mencari emiten dengan fundamental kuat. Selain itu, cermati emiten yang bekerjasama dengan berbagai proyek pemerintah, serta terintegrasi dengan pembangunan sektor properti. "ASRI, BSDE dan BKSL menarik untuk dicermati trading jangka pendek," jelas Okky.

Sedangkan David tidak merekomendasikan investor masuk ke sektor properti. Ini mengingat prospek sektor properti masih kurang bagus. "Apalagi ekonomi masih melambat," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati