Prospek harga batubara masih suram



JAKARTA. Masa suram mewarnai pasar batubara sepanjang Januari lalu. Sejak awal bulan, harganya menunjukkan tren pelemahan (bearish).

Mengacu data Bloomberg, pada awal Januari  tahun ini (2/1), harga batubara untuk pengiriman Maret 2014 di ICE Futures Europe sempat naik tipis ke level US$ 86,20 per metrik ton (MT). Namun, kemudian harganya terus melandai hingga menyentuh level US$ 79,85 per MT pada akhir bulan lalu. Ini merupakan harga terendah sejak September 2013.

Jika dihitung sepanjang Januari lalu, harga emas hitam ini sudah jeblok sebesar 6,36%.Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Guntur Tri Hariyanto memprediksi, permintaan batubara sepanjang kuartal I-2014 bakal menyusut. Kekhawatiran tersebut dipicu data PMI Manufaktur China per Januari 2013 yang dilaporkan pada level 49,6. Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya, yaitu mencapai 50,5. Seperti diketahui, China merupakan pengguna terbesar batubara. Jadi, ada kekhawatiran impor dari China bakal menyusut. Apalagi, Pemerintah China mengerek besaran tarif bea masuk batubara. Impor juga akan tertunda seiring belum rampungnya pengerjaan jalur kereta di Sanxi ke daerah-daerah yang membutuhkan batubara. Sentimen negatif lainnya adalah pelarangan impor batubara kualitas rendah terkait program pengurangan polusi batubara di negara tersebut.Di sisi lain, pasar batubara global masih menghadapi kelebihan pasokan sebagai akibat ekspansi kapasitas yang dilakukan sejumlah produsen besar sejak beberapa tahun sebelumnya. Lanjut Guntur, pasca kebijakan tapering off, outlook batubara masih suram. Tren batubara akan cenderung melandai sampai adanya indikasi pertumbuhan ekonomi positif yang lebih merata di negara-negara lain. Saat ini,  ekonomi negara-negara berkembang masih rapuh.     Itu sebabnya, Guntur memprediksi, harga batubara akan bergerak turun di kisaran US$ 78–US$ 81 per MT pada akhir Februari 2014.   


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini