KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi masih berada dalam bayang-bayang tekanan. Meski permintaannya akan naik jelang akhir tahun, tetapi ketidakpastian ekonomi global masih menghantui harganya. Berdasarkan Trading Economics, harga minyak WTI berada di US$ 75,41 per barel dan minyak Brent di US$ 78,43 per barel pada Kamis (8/8) pukul 19.50 WIB. Dalam 24 jam terakhir, harga minyak WTI naik 0,38% dan Brent naik 0,21%, melanjutkan kenaikan 2% di hari sebelumnya. Harga gas alam berada di US$ 2,08 per MMBtu, melemah 1,67% setelah hari sebelumnya menguat hingga 4%. Adapun harga batubara terkoreksi 0,34% ke US$ 145 per ton, tetapi dalam sebulan dan sepekan terakhir telah naik 7,37% dan 3,50%.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan bahwa harga minyak mentah naik didorong oleh penurunan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Data EIA pada Rabu (7/8) menunjukkan persediaan turun sebesar 3,72 juta barel. "Ini menandai penurunan mingguan keenam berturut-turut dan jauh lebih besar dari penurunan 0,4 juta barel yang diantisipasi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Baca Juga: Harga Minyak Masih Berpotensi Rebound, Simak Faktor Pendorongnya Kekhawatiran sisi pasokan juga terus mendukung harga minyak. Ketegangan tetap tinggi di Timur Tengah menyusul laporan Hamas telah menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin barunya, yang berpotensi mengancam pasokan minyak regional. Selain itu, ladang minyak terbesar Libya, Sharara, mengumumkan telah secara bertahap mengurangi produksi karena keadaan
force majeure yang diakibatkan oleh protes. Untuk batubara, harganya didorong oleh laporan permintaan yang lebih baik dari perkiraan dalam waktu dekat. Menurut Badan Energi Internasional, meskipun kapasitas energi terbarukan meningkat pesat, pertumbuhan permintaan listrik yang signifikan di negara-negara ekonomi utama menunjukkan bahwa konsumsi batubara global akan tetap relatif stabil tahun ini dan tahun depan. Selain itu, data terbaru menunjukkan bahwa impor batubara China melalui jalur laut meningkat sebesar 11% YoY pada periode Januari-Juni 2024. Sementara ekspor batubara Rusia melalui jalur laut menurun sebesar 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Angka-angka ini menyoroti pengetatan pasokan batubara di pasar selama beberapa bulan terakhir," jelas kata Sutopo.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Terus Naik Kamis (8/8) Siang, WTI ke US$75,39 Per Barel Menurut Sutopo, hal-hal tersebut menunjukkan potensi
rebound, kendati terbatas, sambil meninjau perkembangan geopolitik dan prospek pertumbuhan ekonomi global. Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong melanjutkan, walau ada potensi
rebound terbatas, tetapi volatilitas pasar belakangan ini oleh kekhawatiran resesi di AS dan perlambatan ekonomi di China masih akan menjadi perhatian utama investor. Menurutnya, masih terlalu dini menilai apabila harga energi akan kembali naik. "Terlebih,
supply gas di AS yang masih tinggi serta kemungkinan OPEC+ akan mengurangi pemangkasan produksi," katanya. Lukman juga menuturkan bahwa pasokan permintaan minyak mentah sendiri diperkirakan akan datar tahun ini dan akan surplus tahun depan, sehingga masih akan menekan harga. "EIA walau sedikit meningkatkan prospek permintaan minyak mentah di AS untuk 2024, namun menurunkan proyeksi harga ke US$ 80 per barel," jelasnya.
Baca Juga: Ini Dampak Konflik Global terhadap Sektor Energi Indonesia, Positif atau Negatif? Dus, Lukman memperkirakan minyak mentah di US$ 70 - US$75 per barel, gas alam US$ 1,8 per MMBtu-US$ 2,2 per MMBtu, dan batubara di US$ 120 per ton-US$ 130 per ton. "Harga ini mengasumsikan kekhawatiran resesi saat ini dan proyeksi the Fed memangkas suku bunga sebesar 75bps hingga akhir tahun," imbuh dia. Sementara jika resesi terhindari, maka diperkirakan harga minyak di US$ 73 per barel-US$ 78 per barel, gas alam US$ 2 per MMBtu-US$ 2,5 per MMBtu, dan batubara US$ 125 per ton-US$ 140 per ton. Sementara Sutopo memperkirakan minyak mentah di US$ 74,12 per barel pada akhir kuartal ini dan US$ 77 per barel-US$ 80 per barel pada akhir tahun. Untuk batubara di US$ 146,2 per ton pada akhir kuartal ini dan US$ 152,7 di akhir tahun. Sementara gas alam di US$ 2 per MMBtu pada akhir kuartal ini, dan US$ 2,2-US$ 2,5 di akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati