KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis kemasan harus pasang surut menghadapi pandemi Covid-19 yang turut mempengaruhi daya beli masyarakat. Namun memasuki semester kedua ini, secara perlahan permintaan kemasan mulai membaik Utamanya bisnis kemasan plastik bertumbuh dengan faktor pendorong utama ialah permintaan produk consumer goods, khususnya sektor makanan dan minuman. Fajar Budiono, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mengatakan di semester-II tahun ini diharapkan ada kenaikan signifikan dari industri kemasan tersebut.
Asal tahu saja penyerap industri kemasan plastik terbesar tak lain ialah sektor makanan dan minuman (mamin) sebesar 60%.
Baca Juga: Permintaan kemasan selama pandemi Corona naik 10% "Di sektor mamin sudah stabil, sedangkan di
consumer goods masih stagnan," ungkap Fajar kepada Kontan.co.id, Jumat (21/8). Inaplas berharap pemerintah bisa secepatnya memberikan santunan, bantuan sosial atau stimulus kepada masyarakat agar daya beli dapat terkerek kembali. Sebab menurut Fajar, saat ini kelas ekonomi menengah ke bawah masih cenderung takut membelanjakan uang di tengah ketidakpastian ekonomi ini. Biasanya setiap tahun, industri kemasan plastik rata-rata mampu tumbuh kisaran 5%, sedikit di bawah rata-rata pertumbuhan sektor mamin yang mencapai 8% setiap tahunnya. Namun karena kondisi pandemi ini, Inaplas tak mengharapkan yang muluk-muluk, bisa menyamai perolehan tahun lalu sudah cukup. Sementara itu bagi produsen kemasan fleksibel (flexible packaging), PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) permintaan kemasan obat dan multivitamin kian menguat selama pandemi ini. Hal ini terlihat dari capaian penjualan bersih perseroan sampai kuartal kedua tahun ini sebesar Rp 400,99 miliar atau naik 3,5% secara tahunan.
Baca Juga: Pendapatan Turun 16,11 Persen, tapi Laba Bersih Emiten Ini Melonjak 187,92 Persen "Permintaan cukup baik, khususnya untuk keperluan multivitamin, banyak pabrikan yang memproduksi vitamin yang perlu suplai kemasannya," ujar Antonius Muhartoyo, Presiden Direktur IGAR kepada Kontan.co.id, Sabtu (21/8). Sektor farmasi hampir menyumbang 95% pendapatan perusahaan. Adapun untuk proyeksi di tahun ini, IGAR belum dapat membeberkan lebih lanjut lantaran tahun ini masih dipenuhi ketidakstabilan dari sisi ekonomi makro. Meski ada tren permintaan kemasan fleksibel dari sisi industri farmasi, situasi pandemi tak dapat dielakkan sedikit banyak mempengaruhi bisnis perseroan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto