KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) atau yang lebih dikenal sebagai IBF didirikan pada tahun 1991. Pada tahun 2003, perusahaan ini resmi diakuisisi oleh PT Intraco Penta Tbk (INTA) dan sejak itu menjadi bagian integral dari grup tersebut. Perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2014 ini resmi memperoleh persetujuan pemegang saham untuk mengubah arah bisnisnya dari sektor pembiayaan ke bisnis alat pengangkutan komersial sejak awal 2023. Direktur IBFN, Petrus Halim mengatakan, sejak tahun lalu IBFN telah merambah sektor rental alat berat dan jasa pengangkutan kayu di Kalimantan.
IBFN Chart by TradingView “Kami berada di sektor yang sangat membutuhkan modal besar, khususnya dalam pengadaan alat-alat berat. Karena itu, untuk mendukung permodalan, kami harus menjalin kemitraan,” ujar Petrus. Mitra strategis yang akan diajak bekerja sama mencakup berbagai sektor, seperti perbankan, perusahaan multifinance untuk pembiayaan alat berat, produsen alat berat, serta mitra pelanggan. Petrus juga menambahkan bahwa produsen alat berat asal China menjadi salah satu mitra. Selain memasok alat berat, mereka juga menawarkan dukungan pembiayaan. Dia pun optimistis terhadap prospek kinerja perusahaan di tahun 2025. Menurutnya, meski tahun ini industri tambang mengalami sedikit perlambatan baik dalam penjualan maupun persewaan alat berat akibat berbagai faktor, tahun depan diproyeksikan membawa peluang yang lebih baik. Petrus merinci pada tahun ini, industri tambang sedikit tertekan karena berbagai hal, termasuk musim hujan yang berkepanjangan. Selain faktor cuaca, ia juga mencatat bahwa dinamika pesta politik pada tahun ini berdampak pada perlambatan aktivitas bisnis, khususnya di kuartal pertama dan kedua. Namun, Petrus tetap yakin bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun yang lebih positif. "Mungkin kuartal pertama tahun depan masih sedikit lambat karena ada berbagai agenda, seperti perayaan Imlek, bulan Ramadan, dan Lebaran. Tetapi, kami melihat peluang pertumbuhan yang baik ke depannya. Industri tambang yang membutuhkan solusi persewaan alat berat diharapkan kembali bergairah," jelasnya. Sayangnya, Petrus belum bisa memaparkan belanja modal (Capex) dan target pendapatan untuk tahun 2025. "Saat ini, kami masih dalam tahap finalisasi rancangan anggaran belanja dan anggaran bisnis untuk tahun 2025. Oleh karena itu, kami belum dapat menyampaikan angka-angka spesifik terkait Capex maupun target pendapatan," tambah Petrus. Ia menambahkan bahwa seluruh proses evaluasi dan pembaruan rencana bisnis tersebut diharapkan dapat rampung di awal tahun 2025, sehingga perseroan bisa segera memulai implementasi strategi yang telah disusun. Baca Juga: Intan Baru Prana (IBFN) Bentuk Anak Usaha di Bidang Penyewaan IBFN mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 15,85 miliar per September 2024, angka ini melonjak 447% bila dibandingkan posisi yang sama tahun lalu mencapai Rp 2,85 miliar. Namun, dari segi laba perusahaan masih mencatatkan rugi sebesar Rp 77,89 miliar, membengkak 38,91% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 56,07 miliar. Komisaris IBFN, Alexander Reyza menjelaskan bahwa proses membalikkan rugi menjadi laba memerlukan waktu. "Perusahaan perlu waktu untuk bisa mengakumulasi pendapatan-pendapatan yang berasal dari bisnis baru ini untuk dapat menghasilkan income yang positif sehingga rugi dapat menjadi laba," terang Alexander. Alexander menyampaikan pandangannya bahwa pencapaian laba hanya dapat diraih melalui pertumbuhan kinerja yang sehat. Pertumbuhan yang positif harus didukung oleh peningkatan manajemen risiko dan tata kelola perusahaan yang baik. Dengan demikian, perusahaan dapat fokus pada bisnis-bisnis yang menjadi core competence, baik dari Grup INTA maupun dari unit bisnis baru yang sedang dirintis. Editor: Anna Suci Perwitasari