Prospek Kinerja Emiten Konstruksi Swasta Positif, Simak Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja emiten konstruksi swasta diprediksi bisa lebih positif di tahun 2024.

Melansir laporan keuangan di tahun 2023, kinerja sejumlah emiten konstruksi swasta di tahun lalu masih bervariasi.

PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 3,02 triliun di tahun 2023.Angka tersebut naik 32,9% dari pendapatan usaha di tahun 2022 sebesar Rp 2,27 triliun.


Jika dirinci, raihan tersebut berasal dari pendapatan jasa konstruksi sebesar Rp 3 triliun dan pendapatan lainnya Rp 20,36 miliar.

Baca Juga: Nusa Raya Cipta (NRCA) Catat Laba Rp 99,50 Miliar di Tahun 2023

Sejalan, TOTL mengantongi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 172,68 miliar per akhir 2023. Ini naik 88,3% dari Rp 91,67 miliar di akhir 2022.

PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) mencatatkan laba sebesar Rp 99,50 miliar di tahun 2023. Ini naik 17,58% dari pendapatan di tahun 2022.

Jika dirinci, pendapatan NRCA berasal dari jasa konstruksi sebesar Rp 2,88 triliun dan hotel sebesar Rp 9,59 miliar.

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk NRCA naik 33,2% ke Rp 99,50 miliar di tahun 2023, dari sebelumnya Rp 74,67 miliar di tahun 2022.

PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatat kenaikan pendapatan bersih sebesar 126,60% year on year(YoY) menjadi Rp 2,34 triliun pada tahun 2023. Sedangkan di tahun sebelumnya, pendapatan bersih ACST tercatat sebesar Rp 1,03 triliun. 

Hingga akhir Desember 2023, ACST membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 276,63 miliar. Angka ini menyusut 38,74% dari kerugian di tahun 2022 yang tercatat mencapai Rp 451,61 miliar.

Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada Anggie S. Sidharta menuturkan, selama tahun 2023 TOTL meraih kontrak baru sekitar Rp 4,2 triliun. Ini melebihi 43% dari target 2023 yang sebesar Rp 2,9 triliun. Raihan in juga naik 60,62% dari Nilai Kontrak Baru di tahun 2022.

“Nilai kontrak baru per Maret 2024 juga tercatat sebesar Rp 1,6 triliun, naik 172,5% dibanding Maret 2023,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (4/4).

Anggie mengatakan, peleburan BUMN Karya belum memiliki dampak secara langsung terhadap kinerja TOTL secara keseluruhan. TOTL pun juga belum terlibat proyek pembangunan di IKN.

Di tahun 2024, TOTL tetap fokus pada spesialisasi sebagai Kontraktor Gedung bertingkat tinggi kelas premium. 

Untuk mempertahankan kinerja, TOTL akan tetap menjaga arus kas tetap positif serta melakukan efisiensi dan optimalisasi biaya operasional.

TOTL juga sedang terlibat dalam sejumlah proses tender dengan nilai sekitar Rp 11,6 triliun.

“Ini di antaranya ada pembangunan gedung Apartemen, Industrial, Mixed used, Data center, dan lain-lain,” tutur Anggie.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas melihat, sentimen positif yang mempengaruhi kinerja emiten konstruksi swasta di tahun 2023 adalah peningkatan anggaran infrastruktur pemerintah, pemulihan ekonomi nasional, dan peningkatan permintaan konstruksi. 

Baca Juga: Laba Total Bangun Persada (TOTL) Melesat 88,2% pada 2023

“Sedangkan, sentimen negatif yang menekan kinerja yaitu kenaikan harga bahan baku, persaingan ketat, dan keterlambatan proyek,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (4/4).

Sukarno melihat, prospek kinerja emiten konstruksi swasta di tahun 2024 bisa membaik dibandingkan dengan kinerja di tahun 2023. Namun, peluangnya dinilai akan sedikit melambat. 

Ini disebabkan pertumbuhan kredit modal kerja di sektor konstruksi pada perusahaan swasta masih cenderung melambat di Januari 2024 menjadi 4,5% secara tahunan dan di Februari 2024 turun ke 3,7% secara tahunan. 

“Sentimen positif yang bisa mempengaruhi kinerja mereka di tahun 2024 adalah keberhasilan tender proyek, potensi penurunan suku bunga, dan stabilitas harga bahan baku,” paparnya.

Sukarno melihat, sentimen negatif terhadap BUMN Karya dan isu peleburan mereka bisa memberikan peluang bagi emiten konstruksi swasta. 

Sebab, BUMN Karya yang dileburkan kemungkinan akan fokus pada proyek-proyek besar, sehingga memberikan ruang bagi emiten swasta untuk mengerjakan proyek-proyek yang lebih kecil. 

“Namun, perlu dicatat bahwa peleburan BUMN Karya dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing BUMN Karya. Ini dapat membuat BUMN Karya menjadi pesaing yang lebih kuat bagi emiten konstruksi swasta,” tuturnya.

Sukarno pun merekomendasikan trading buy untuk TOTL dan NRCA dengan target harga masing-masing Rp 540 per saham dan Rp 380 per saham.

“Ini secara valuasi masih tergolong rendah. Namun, untuk ACST rekomendasinya masih wait and see, karena masih merugi,” paparnya.

Technical Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora melihat, pendapatan TOTL dan NRCA naik karena emiten mengalami peningkatan dalam perolehan kontrak dan bisa mengefisienkan kinerja keuangan.

Di tahun 2024, emiten konstruksi akan sangat baik apabila suku bunga turun dan kelanjutan proyek IKN.

“Pembangunan IKN yang masih berjalan juga bisa membuat pendapatan yang berasal dari peningkatan kontrak bisa terjadi di emiten konstruksi swasta,” paparnya.

Namun, dampak dari peleburan emiten BUMN Karya terhadap kinerja emiten konstruksi swasta masih sangat kecil.

Andhika merekomendasikan buy untuk NRCA dengan target harga Rp 380 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi