Prospek Kinerja & Rekomendasi Saham Emiten Nikel di tengah Sentimen Stimulus China



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kucuran stimulus ekonomi di China berpotensi menggerakkan pasar dan harga komoditas tambang mineral-logam. Sentimen ini berpeluang memoles prospek kinerja keuangan dan pergerakan saham emiten yang bergerak di industri nikel.

Perusahaan tambang mineral di Indonesia pun ingin mengoptimalkan peluang yang terbuka dari efek stimulus ekonomi China. Di antaranya PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang melihat hal tersebut sebagai katalis tambahan yang bisa mengerek prospek kinerja di sisa tahun ini.

Apalagi, berkaca pada kinerja keuangan semester I-2024, performa Grup Merdeka ikut terdongkrak oleh kontribusi yang lebih besar dari MBMA. Sejalan dengan peningkatan produksi di tambang nikel maupun pada hilirisasi, yakni Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan nikel matte.


"Kami optimistis dengan prospek semester II-2024 dimana target produksi MDKA dan MBMA masih on track. Ditambah dengan outlook harga mineral dan logam yang optimis merespons stimulus ekonomi China," kata Head of Corporate Communications MDKA Tom Malik kepada Kontan.co.id, Selasa (1/10).

Baca Juga: Harga Emas Spot Stabil saat Kekuatan Dolar Menyeimbangkan Permintaan Safe-Haven

Hanya saja, dari sisi pergerakan saham, sejauh ini laju harga emiten nikel bervariasi. Mayoritas masih cenderung tertinggal, dengan mengakumulasi penurunan harga secara year to date. Sebagian mampu menguat, namun dengan level kenaikan yang tidak signifikan.

Analis Yuanta Sekuritas Alditya Galih Ramadhan mengamati performa nikel yang cenderung melemah tak bisa dilepaskan dari tingkat permintaan stainless steel. Kucuran stimulus ekonomi China diharapkan mendongkrak outlook permintaan stainless steel dan bahan material lain yang berkaitan dengan properti.

Namun, Alditya menaksir efek dari kucuran stimulus ekonomi tersebut masih perlu waktu untuk terealisasi. Di sisi lain, dia menyoroti pasokan bijih nikel yang saat ini terbilang ketat, sehingga bisa memengaruhi pergerakan harga nikel dalam jangka pendek.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat bahwa pasar berharap efek dari stimulus di China bisa mendongkrak permintaan global untuk nikel. Hal ini kemudian akan kembali mendongkrak harga nikel, yang bakal menjadi faktor kunci bagi profitabilitas emiten nikel di Indonesia.

"Para investor perlu aktif memantau perkembangan kebijakan ekonomi serta respons pasar terhadap fluktuasi harga komoditas," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Rabu (2/10).

Baca Juga: RI Penghasil Nikel Terbesar di Dunia, tapi Impor dari Filipina Terus Melonjak

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mencermati dalam beberapa hari ini sejumlah saham emiten nikel terpapar sentimen positif dari stimulus ekonomi China. Apalagi, dalam beberapa pekan terakhir harga nikel global sudah menanjak.

"Membuat optimisme pada sektor ini semakin tinggi. Kami kira, sentimen tersebut berpotensi membawa dampak pada kinerja fundamental emiten nikel di Indonesia," ungkap Miftahul.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki mengamini, stimulus ekonomi di China akan berimbas positif pada saham sektor komoditas. Hanya saja, Yaki mengingatkan defisit pasokan di China belum cukup mengerek harga komoditas nickel pig iron.

Pelaku pasar juga perlu mencermati potensi oversupply di dalam negeri setelah pemerintah menyetujui sebagian besar kuota produksi pertambangan. Dus, investor perlu selektif memilah saham emiten nikel.

Posisi koreksi atau laju harga saham yang masih tertinggi bisa menjadi peluang untuk strategi buy on weakness. Yaki menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale  Indonesia Tbk (INCO) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), dengan target harga masing-masing di Rp 1.800, Rp 5.400, dan Rp 1.200 per saham.

Baca Juga: Harga Tembaga Anjlok Setelah Mencapai Level Tertinggi Dalam Empat Bulan

Miftahul menyarankan short trading untuk saham nikel, dengan rekomendasi buy on breakout MDKA untuk target harga Rp 2.830. Kemudian, hold saham INCO dan ANTM untuk target harga Rp 4.390 dan Rp 1.675.

Sedangkan Hendra melirik saham emiten nikel dengan bauran komoditas yang lebih beragam seperti MDKA, ANTM dan HRUM dengan target harga masing-masing di level Rp 2.970, Rp 1.635 dan Rp 1.580. Sementara itu, Alditya menjagokan saham NCKL dan MBMA. 

Secara teknikal, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menyarankan agar pelaku pasar mencermati peluang buy on weakness pada saham ANTM, MDKA, INCO dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan buy on weakness MBMA untuk target harga Rp 615 per saham-Rp 635 per saham. Kemudian, trading buy ANTM (target Rp 1.595-Rp 1.635) dan MDKA (target Rp 2.800-Rp 2.850), serta speculative buy HRUM untuk target harga Rp 1.480-Rp 1.525 per saham.

Selanjutnya: Bank Digital Indonesia Belum Seekspansif yang Ada di Luar Negeri

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (3/10) Hujan Deras, Status Waspada Bencana Provinsi Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati