Prospek kinerja terganjal covid-19, analis merevisi proyeksi kinerja WTON



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton (WTON) belum mampu catatkan pertumbuhan pendapatan di tengah jumlah kasus Covid-19 yang terus meningkat. Meski begitu, analis memproyeksikan kinerja WTON baru mulai meningkat di semester II-2021 seiring distribusi vaksin yang semakin meluas. 

Hingga kuartal I-2021, pendapatan WTON menurun 45% secara tahunan dan menurun 65% secara kuartalan ke Rp 642 miliar. Penurunan pendapatan tersebut membuat laba bersih yang WTON menurun 68% secara tahunan jadi Rp 23 miliar. 

Arif Budiman Analis Ciptadana Sekuritas  dalam risetnya mengatakan, kinerja WTON menurun karena terjadi penurunan pendapatan di semua segmen. 


"Pendapatan dari Spun Concrete, beton pracetak dan jasa konstruksi turun 32%-80% secara tahunan," kata Arif. 

 
WTON Chart by TradingView

Penurunan pendapatan tersebut dampaknya akan membuat WTON semakin tergantung pada proyek induknya.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Joshua Michael menulis dalam risetnya bahwa kinerja WTON di kuartal pertama tahun ini berada di bawah ekspektasinya. "Kecepatan pengerjaan proyek jauh lebih lambat daripada harapan kami," kata Joshua. 

Baca Juga: Hingga Mei Tahun Ini, Wika Beton (WTON) Cetak Kontrak Baru Rp 1,99 Triliun

Namun, hingga Mei, WTON berhasil meraih kontrak baru senilai Rp 1,99 triliun. Angka itu tumbuh 74,56% dibandingkan raihan kontrak baru WTON di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,14 triliun. 

Kontrak baru berasal dari proyek high high speed railway sebesar Rp 666,57 miliar, proyek Tol Serpong-Balaraja senilai Rp 88,97 miliar, proyek pengaman muara Sungai Bogowonto sebesar Rp 80,14 miliar, serta proyek lainnya seperti pekerjaan tambahan di proyek jalan layang tol AP Pettarani, RDMP Balikpapan, pembangunan sarana dan prasarana pelatihan konstruksi layang, serta fly over Kopo Bandung.

Raihan hingga Mei itu setara dengan sekitar 25% dari target kontrak baru yang dibidik WTON tahun ini, yakni senilai Rp 8,02 triliun. Emiten yang bergerak di industri produk beton pracetak ini pun akan terus mengincar kontrak-kontrak baru pada periode semester kedua 2021.

Di tengah rapor keuangan WTON yang merah, Arif mencatat rasio ekuitas utang WTON menurun dari 0,8 kali di akhir Desember 2020 menjadi 0,6 kali di akhir Maret 2021. Penurun tersebut terjadi seiring penurunan total utang dari Rp 2,8 triliun menjadi Rp 2,2 triliun. 

Namun, arus kas tetap melemah secara musiman. Tercatat, uang tunai dari operasi minus Rp 779 miliar. "Kondisi arus kas yang melemah sifatnya semenatra, arus kas akan kembali menguat jelang akhir tahun," kata Arif. Lebih lanjut, Arif mencontohkan arus kas WTON sempat negatif di kuartal I-2020 dengan nilai Rp 95 miliar. Namun, di kuartal IV-2020 arus kas berbalik positif menjadi Rp 803 miliar. Arif mengatakan pembayaran proyek akan lebih kuat menjelang akhir tahun.  

Joshua memproyeksikan laba bersih WTON cenderung dalam tren penurunan hingga 2022. Melihat kinerja WTON yang masih di bawah eskpektasi, Joshua merevisi turun perolehan pendapatan WTON dari Rp 5,5 triliun di tahun ini menjadi Rp 3,4 triliun. 

Baca Juga: Simak hasil RUPST Wika Beton (WTON) untuk tahun buku 2020

Sementara, perolehan laba bersih juga diproyeksi turun dari Rp 165 miliar menjadi Rp 111 miliar. Joshua juga mengubah rekomendasinya dari buy menjadi hold dengan target harga Rp 310 per saham. 

Sedangkan, Arif tetap merekomendasikan beli. Arif berharap WTON bisa lanjut catatkan pertumbuhan di kuartal II-2021 hingga akhir tahun. Sentimen positif datang dari distribusi vaksin yang semakin meluas dan aktivitas ekonomi yang perlahan kembali dibuka. 

Namun, Arif tetap merevisi turun  proyeksi pendapatan dan laba WTON. "Karena pendapatan WTON di kuartal I-2021 hampir tidak memenuhi 6% dari proyeksi kinerja tahun ini, maka kami memangkas pendapatan WTON di 2021 sebesar 36% dan di 2022 sebesar 30%," kata Arif. 

Arif merekomendasikan beli saham WTON dengan target harga Rp 375 per saham.

Selanjutnya: Kontrak baru Wika Beton (WTON) meningkat 75% hingga Mei 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi