Prospek LSIP tertopang kenaikan harga CPO



JAKARTA. Pesona PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) tak selamanya memudar. Prospek emiten kebun milik Grup Salim itu di tahun ini bisa terangkat karena kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO).

Leonardo Henry Gavaza, analis Bahana Securities menuturkan, LSIP akan terbantu kenaikan harga CPO yang ditaksir akan menguat secara rata-rata 2% di kuartal I 2014. Proyeksi positif ini diperkuat pula oleh hasil survei Standard Chartered terhadap delapan perusahaan CPO di Indonesia dan Malaysia pada Desember 2013 lalu.

Survei itu menghasilkan konsensus proyeksi harga CPO dalam tiga bulan ke depan akan berkisar di RM 2.600-RM 2.800 per ton.  Ini jauh lebih tinggi dari pergerakan harga CPO di tahun lalu yang sempat menyentuh harga level terendah di RM 2.202 per ton. Katalis utama yang mendorong kenaikan harga CPO tidak lain penurunan produksi dari dua negara eksportir terbesar, yakni Indonesia dan Malaysia. "Mulai berlakunya peraturan pencampuran biodiesel di Januari ini turut mendukung kenaikan harga CPO," kata Leonardo, Senin (20/1). 


Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai mewajibkan pencampuran biodiesel pada solar sebanyak 10% di Januari ini. Kebijakan itu secara langsung menjadi katalis positif bagi LSIP karena berpotensi mendongkrak penyerapan CPO di tahun ini.

Helmy Kristanto, analis Danareksa Sekuritas dalam risetnya, 9 Januari 2014 menyebutkan, sinergi dengan perusahaan di Grup Salim lain menjadi tambahan katalis bagi LSIP. Sinergi ini bisa memudahkan LSIP dalam memasarkan produksi CPO maupun turunannya. Terlebih, sang induk yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) cukup royal menyokong dana ekspansi bagi LSIP.

Pada 2013 lalu, INDF menggelontorkan dana Rp 2,8 triliun untuk mengembangkan bisnis perkebunan yang dijalankan LSIP dan PT Salim Ivomas Tbk (SIMP). Dana itu untuk menanam 10.000-15.000 hektare (ha) kelapa sawit.

LSIP dan SIMP juga akan membangun lima unit pabrik pengolahan kelapa sawit baru dan menambah kapasitas dua pabrik pengolahan sawit. Dua pabrik baru akan rampung di tahun ini. Dua pabrik baru itu terletak Sumatra Selatan berkapasitas 45 ton per jam, dan di Kalimantan Timur berkapasitas 80 ton per jam. Dua pabrik menelan investasi masing-masing Rp 160 miliar dan Rp 200 miliar.

Tapi, Leonardo bilang, ekspansi ini belum cukup menarik minat investor. Sebab, ekspansi tersebut belum terlihat hasilnya sampai di awal tahun ini. Namun, produksi CPO LSIP bisa naik 11,53% mencapai 416.000 ton dari estimasi 2013 373.000 ton. "Ada perbaikan produksi dan ini menjadi tambahan katalis bagi LSIP selain harga CPO," ungkap Leonardo.

Adrian Foulger dan Denis Chai, analis Standard Chartered dalam risetnya memperkirakan, pendapatan LSIP bisa naik 17,72% menjadi Rp 4,37 triliun di tahun ini. Sementara laba bersih akan tumbuh 29,81% menjadi Rp 714 miliar.

Leonardo dan Helmy merekomendasikan beli saham LSIP dengan target masing-masing Rp 2.000 dan Rp 2.130. Sementara, Adrian dan Denis menyarankan underperformed dengan target harga Rp 1.510. Kemarin, harga LSIP naik 5,71% ke Rp 1.665. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana