Prospek Mata Uang Komoditas Lesu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuatnya dolar Amerika Serikat (AS) menekan mayoritas harga komoditas. Akibatnya, prospek mata uang komoditas dinilai masih tertekan.

Berdasarkan data Trading Economics, kinerja pasangan mata uang AUDUSD turun 1,90% dalam sepekan ke 0,64589 per Jumat (15/11) dan pasangan NZDUSD turun 1,77% ke 0,58593. Sementara itu, pasangan USDCAD naik 1,29 ke 1,40861, yang berarti dolar Kanada melemah terhadap dolar AS.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong menilai harga komoditas masih berpotensi tertekan, kendati terdapat anggapan bahwa prospek minyak dan batubara berpotensi diuntungkan dari kemenangan Donald Trump.


Menurutnya, Trump ingin terus meningkatkan produksi AS. Hal ini akan semakin memperburuk oversupply global. "Alhasil, CAD melemah hingga level terendah dalam 4 tahun," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (17/11).

Research and Development ICDX Taufan Dimas Hareva dan Jonathan Octavianus sepakat bahwa prospek CAD dibayangi penurunan harga minyak. Apalagi, mengingat Kanada merupakan eksportir minyak terbesar ke AS.

Baca Juga: Tekanan Fiskal Terkendali, Rupiah Diproyeksi Menguat di Akhir Tahun

Mereka menambahkan, tekanan pada AUD dan NZD juga akibat data ekonomi serta sikap bank sentral dari bank sentral masing-masing. Dijelaskan, AUD turun ke level terendahnya dalam tiga bulan terakhir setelah data ekonomi yang mengecewakan dari Australia. Data ketenagakerjaan menunjukkan pertumbuhan pekerjaan hanya sebanyak 15,9 ribu pada Oktober, jauh di bawah perkiraan 25 ribu, sementara tingkat pengangguran tetap stabil di 4,1%.

"Ekspektasi inflasi di Australia juga turun menjadi 3,8% pada November dari 4% bulan sebelumnya, terendah sejak 2021," jelasnya.

Sementara itu, Reserve Bank of Australia (RBA) menahan suku bunga pada 4,35% selama delapan kali pertemuan berturut-turut. Penahanan suku bunga itu diperkirakan akan tetap berlanjut hingga 2025.

Lalu, tekanan untuk NZD akibat meningkatnya ekspektasi bahwa Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) akan melakukan penurunan suku bunga yang lebih agresif. Keputusan ini terkait dengan ketidakpastian di pasar global, termasuk hasil stimulus fiskal China yang mengecewakan dan ancaman perang dagang antara AS dan China.

Menurutnya, meskipun data ekonomi China menunjukkan perbaikan dalam penjualan ritel dan penurunan angka pengangguran, sektor perumahan dan manufaktur masih lemah. Hal itu mencerminkan tantangan struktural yang dapat berdampak pada ekonomi regional, termasuk Selandia Baru.

"Dengan latar belakang ketidakpastian global ini, prospek NZD cenderung negatif," sebutnya.

Dengan demikian, Taufan dan Jonathan menilai support dan resistance terdekat AUDUSD di 0,6420 dan 0,6480. Lalu NZDUSD 0,5810 dan 0,5870; serta USDCAD di area 1,4020 dan 1,4080.

Sementara Lukman memperkirakan pada akhir tahun 2024 AUD berkisar di 0,61 dan kuartal I 2025 di 0,58. Lalu NZD di 0,58 pada akhir tahun 2024 dan 0,56 pada kuartal I 2025. Kemudian CAD di 1,42 pada akhir tahun ini dan 1,46 pada kuartal I 2025.

Baca Juga: Rights Issue & Private Placement Ramai di Akhir 2024, Simak Rekomendasi Saham Ini

Selanjutnya: Bank Daerah (BPD) Optimis Jaga Pertumbuhan Kredit Meski Daya Beli Masyarakat Melemah

Menarik Dibaca: Metode Kakeibo Bisa Bantu Hemat Pengeluaran Loh, Ini Cara Lakukannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati