Prospek membaik, simak rekomendasi analis untuk emiten CPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor perkebunan menjadi indeks sektoral berkinerja terburuk kedua di Bursa Efek Indonesia. Sejak awal tahun, indeks sektor perkebunan turun 5,16%, terburuk kedua setelah sektor aneka industri yang tergerus 6,75%.

Penghuni indeks sektor perkebunan antara lain adalah emiten-emiten crude palm oil (CPO). Meski masih tertekan, sektor ini masih layak diamati, terutama untuk sejumlah saham CPO karena adanya peluang peningkatan permintaan tahun ini terhadap produk turunan minyak sawit.

Analis MNC Sekuritas, Krestanti Nugrahane Widhi menjelaskan, investor disarankan mempertahankan outlook netral sektor perkebunan tahun ini. Sebab potensi sawit masih meyakinkan karena tingginya produksi CPO dan produk turunannya.


“Kami menyakini isu positif baik dari sisi peningkatan permintaan domestik dan penurunan persediaan karena faktor cuaca akan menjadi turnaround story yang menarik ke depan,” kata Krestanti kepada kontan.co.id, Jumat (12/4).

Menurut Krestanti, tetap ada faktor yang menjadi katalis negatif bagi penurunan persediaan dan harga CPO seperti perubahan regulasi negara pengimpor yang berpotensi terhadap penurunan permintaan. Ditambah dengan masalah geopolitik yang kurang kooperatif.

Namun, CPO masih menjadi komoditas yang potensial karena ada penerapan B20 menjadi B30 yang mampu menyerap CPO dalam bentuk biodiesel hingga 6 juta ton. Potensi penggunaan CPO pada PLN dan PT Kereta Api sebagai pengganti solar.

Senada, analis Panin Sekuritas William Hartanto menyatakan harga CPO berpotensi menguat mengikuti kebutuhan pasar.

William rekomendasikan investor mencermati saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga Rp 1.400 per saham dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Rp 13.000 – Rp 14.200 per saham. Krestanti juga rekomendasikan buy LSIP dengan target harga Rp 1.420 karena kondisi neraca keuangan yang sehat dan AALI dengan target harga Rp 13.825 per saham karena adanya peluang meningkatnya permintaan CPO dari penerapan B20.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati