KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks obligasi korporasi kembali mengungguli kinerja indeks obligasi pemerintah. Lantas, untuk saat ini obligasi korporasi memiliki prospek yang menjanjikan bagi para investor. Mengutip data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), INDOBeX Corporate Total Return naik 3,78% (ytd) menjadi 272,7915 hingga Senin (18/3). Di saat yang sama, INDOBeX Government Total Return tumbuh 3,52% (ytd) ke level 244,8323 hingga hari ini. Rio Ariansyah,
Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management berpendapat, kinerja indeks obligasi korporasi cukup tertolong oleh nilai kupon instrumen tersebut yang lebih tinggi daripada
yield Surat Utang Negara (SUN).
Apalagi, pergerakan indeks obligasi pemerintah cenderung fluktuaktif akibat besarnya nilai outstanding dan transaksi harian di pasar sekunder. Seiring positifnya pergerakan indeks obligasi korporasi, Ahmad Mikail, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan, semester pertama menjadi waktu yang tepat bagi para investor untuk berburu obligasi korporasi. Ini mengingat suku bunga acuan Bank Indonesia tengah berada di level puncaknya, yakni 6%. Kecil kemungkinan bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuan di tahun ini. Bahkan, potensi penurunan suku bunga acuan jauh lebih besar. Jika benar demikian, perusahaan-perusahaan yang menerbitkan obligasi korporasi lantas akan menurunkan tingkat kupon yang ditawarkan. Toh, tanpa menunggu suku bunga acuan benar-benar turun,
yield SUN sudah lebih dulu mengalami tren penurunan. Hari ini saja,
yield SUN seri acuan 10 tahun berada di level 7,70%. Penurunan
yield SUN biasanya akan diikuti oleh penurunan kupon obligasi korporasi. “Kalau tujuannya
hold to maturity, investor sebaiknya beli obligasi korporasi sejak semester pertama. Kalau ditunda, belum tentu investor bisa memperoleh
return yang lebih tinggi,” ungkap Mikail, Senin (18/3). Senada, Rio menyebut investor obligasi korporasi mesti pintar-pintar memanfaatkan situasi dan kondisi di pasar. Jika memiliki dana dalam jumlah besar, investor dapat mencicil dengan melakukan pembelian obligasi korporasi secara berkala dari sekarang. Kemudian, dana yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk membeli obligasi korporasi di semester kedua. “Upaya ini untuk mengantisipasi jika ternyata masih ada kenaikan suku bunga acuan satu kali lagi di sisa tahun 2019,” terang Rio, hari ini.
Ia menambahkan, investor juga tak perlu khawatir dengan potensi stagnannya penerbitan obligasi korporasi di tahun ini akibat faktor agenda pemilihan presiden (pilpres). Di atas kertas, faktor tersebut memaksa perusahaan cenderung menahan diri untuk menerbitkan obligasi. Akan tetapi, bagi perusahaan yang punya kepentingan
refinancing, sentimen pilpres bukan halangan. Artinya, penerbitan obligasi masih tetap akan dilakukan. “Suplai obligasi korporasi untuk
refinancing masih cukup melimpah, sehingga bisa dimanfaatkan oleh para investor,” kata Rio. Sekadar catatan, dalam pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) pernah menyebut bahwa surat utang korporasi yang jatuh tempo pada tahun ini mencapai kisaran Rp 111 triliun. Alhasil, kebutuhan untuk refinancing di atas kertas cukup besar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi