KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi surat utang (obligasi) korporasi diprediksi masih banyak diminati oleh investor di semester kedua 2024. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed. Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menjelaskan suku bunga acuan yang tinggi telah membuat kupon di pasar surat utang korporasi juga tinggi, apalagi setelah ada kenaikan di April 2024, sehingga menjadi alasan bagi investor untuk masuk dan meraih kupon yang tinggi tersebut. Jika suku bunga akan turun di akhir tahun nanti, maka investor bisa jadi tidak akan bisa mendapatkan kembali kupon setinggi saat ini.
"Dengan begitu, kami perkirakan bahwa kondisi saat ini akan membuat investor masuk ke pasar surat utang korporasi, mengambil momentum sebelum suku bunga diturunkan kemudian," kata Suhindarto kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Baca Juga: Ada Peluang Penurunan Suka Bunga, Prospek Obligasi Korporasi Positif di Semester II Selain itu, Suhindarto melihat investor hingga saat ini masih banyak yang melirik instrumen surat utang korporasi karena relatif lebih aman dibandingkan instrumen lain seperti saham. Kemudian, returnnya juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen surat utang pemerintah. "Ditambah, surat utang korporasi juga sama seperti surat utang pemerintah, yang dapat memberikan pendapatan reguler yang relatif stabil untuk periode waktu beberapa tahun," kata dia. Untuk itu, dia menilai bahwa berinvestasi di obligasi atau surat utang bisa menjadi pilihan yang menarik bagi investor karena risikonya relatif terukur, yang ditunjukkan oleh peringkat kredit di masing-masing instrumen dan perusahaan penerbit (emiten). Suhindarto menjelaskan, investor juga dapat menyesuaikan pilihan investasi mereka sesuai dengan risk-appetite mereka. Misalnya, investor dengan toleransi risiko yang besar mungkin akan memilih surat utang dengan peringkat A (single-A) ke bawah untuk mengejar return yang lebih tinggi. Sementara itu, investor yang cenderung risk averse mungkin akan memilih surat utang dengan peringkat AA (double-A) ke atas karena lebih aman namun tetap memberikan return yang ditargetkan. "Jadi di semester kedua tahun 2024 ini, kami melihat bahwa daya tarik berinvestasi di pasar surat utang, terutama pasar surat utang korporasi akan tetap menarik," kata dia. Lebih lanjut, Suhindarto menjelaskan bahwa prospek pasar surat utang korporasi di tahun ini akan relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dari sisi pasokan, penerbitan surat utang korporasi per akhir Semester i-2024, tumbuh 33,29% secara year on year (YoY) dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, meningkat dari Rp 45,99 triliun menjadi Rp 61,29 triliun. Dari nominal penerbitan tersebut, sebagian besarnya adalah surat utang korporasi.
Baca Juga: Suku Bunga Tinggi, Emiten Ramai Terbitkan Obligasi & Jaring Dana dari Pasar Modal Dari sisi selera investor, Suhindarto mengatakan bahwa Pefindo mencoba memeriksa 4 investor institusi besar di pasar surat utang korporasi. Dia melihat peningkatan kepemilikan yang besar oleh beberapa institusi, seperti reksadana, yang mana kepemilikan mereka meningkat sekitar Rp 5 triliun dari Rp 118,78 triliun pada akhir 2023 lalu menjadi Rp 123,60 triliun pada akhir semester I-2024. "Begitu juga, investor perbankan meningkatkan kepemilikan mereka secara cukup besar, bertambah Rp3,36 triliun dari Rp102,8 triliun pada akhir tahun 2023 menjadi Rp 106,16 triliun pada akhir semester I-2024," ungkapnya. Meskipun demikian, Suhindarto juga melihat penurunan nilai kepemilikan oleh asuransi. Namun, penurunan tersebut, jika dijumlahkan, tidak sebesar kenaikan kepemilikan oleh reksadana dan perbankan. Kepemilikan Asuransi mengalami penurunan dari Rp117,31 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp115,06 triliun pada akhir Juni 2024. Selain itu, kepemilikan Dana Pensiun juga sedikit turun, dari Rp 66,27 triliun menjadi Rp 65,35 triliun sepanjang periode waktu yang sama. Di sisi lain, di semester kedua ini, Suhindarto memprediksi bahwa penerbitan surat utang korporasi akan lebih semarak dibandingkan dengan semester I-2024. Hal ini disebabkan oleh nilai jatuh tempo di periode semester II-2024 yang sebesar Rp 85,01 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pada semester I-2024 yakni sebesar Rp 65,45 triliun. Mempertimbangkan data tersebut, Suhidarto bilang, di semester II-2024 bisa menjadi momen yang menarik bagi para investor untuk meraih kupon tinggi di pasar surat utang korporasi sebelum nantinya akan semakin langka ketika siklus pemangkasan suku bunga berlangsung.
"Karena penurunan suku bunga ke depan pada akhirnya akan mendorong tingkat kupon juga ikut turun," kata dia. Terkait dengan kupon, Suhindarto melihat bahwa rata-rata tingkat kupon di 2024, di setiap peringkat relatif mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena kondisi suku bunga acuan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan akhir tahun kemarin. Kenaikan kupon terjadi pada seluruh tenor dan peringkat surat utang korporasi. "Ke depan, sebelum suku bunga diturunkan di akhir tahun, kami melihat kondisi kupon ini tidak akan banyak berubah. Sehingga seperti yang disebutkan sebelumnya, investor mungkin akan melihat ini sebagai momen yang tepat untuk masuk ke pasar surat utang korporasi sebelum suku bunga diturunkan," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi