Prospek otomotif Astra International tetap positif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan kendaraan roda empat dan roda dua PT Astra International Tbk (ASII) pada tahun lalu cenderung flat. Namun analis memperkirakan penjualan otomotif masih berpeluang tumbuh dan mendukung kinerja emiten ini pada tahun ini.

ASII sendiri masih menjadi pemimpin pasar otomotif. Mengutip riset Analis Mirae Asset Sekuritas Franky Rivan terbitan 31 Januari lalu, ASII memperoleh market share sebesar 53,6% pada penjualan roda empat di 2017. Sayangnya, pangsa pasar ini turun jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2016 yang mencapai 55,7%. 

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, total penjualan kendaran roda empat ASII sepanjang tahun 2017 naik 1,7% year on year (yoy) menjadi 579.114 unit. Sedangkan penjualan kendaraan roda dua ASII turun 0,8% yoy menjadi 4,38 juta unit.


Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi dalam riset 9 Januari lalu memaparkan, volume penjualan kendaraan roda empat ASII  masih sesuai prediksi. Selain itu, penjualan roda dua ASII, meski turun, masih dalam rentang yang diharapkan. 

Tahun ini, Akhmad optimistis, pasar kendaraan otomotif untuk kedua segmen ini masih bisa tumbuh positif. Apalagi masih ada potensi pertumbuhan dari segmen low cost green car (LCGC). 

Penjualan otomotif juga akan terbantu iklim suku bunga single digit dan persaingan sengit antardiler dengan cara memberikan diskon. "Kombinasi ini berpotensi mendorong kenaikan permintaan kendaraan roda dua dan roda empat serta meningkatkan nilai loan channeled ASII," papar Akhmad.

William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Sekuritas, juga melihat penjualan kendaraan roda dua dan empat ASII akan terus menguat, sejalan dengan tren transportasi saat ini. "Masih ada prospek yang bagus untuk Astra karena mereka diuntungkan dengan mode transportasi online yang mendorong kepemilikan kendaraan pribadi," ungkap William kepada KONTAN, Kamis (1/2).

Tapi penjualan ASII juga menghadapi tantangan karena kemunculan berbagai varian dan merek baru dari rival Astra. Misal, Mitsubishi Expander. Ini bisa jadi saingan berat. 

Mobil Wuling yang baru dirilis tahun lalu juga bisa menggerus pangsa pasar ASII. Untungnya, William bilang, ASII punya dua varian baru, yakni The All New Toyota Rush dan The All New Daihatsu Terios tahun ini, sehingga ASII masih punya daya saing. 

Selain sektor otomotif, William melihat kinerja ASII bakal dipengaruhi harga komoditas. Pasalnya, ASII sebagai induk dari grup Astra, memiliki anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR), yang merupakan distributor alat berat Komatsu. Lalu ada PT Astra Agro Lestari Tbk (AGRO). Emiten ini diharapkan terus mencetak performa baik selama harga komoditas membaik.

Pada tahun ini, Franky optimistis ASII dapat meningkatkan pangsa pasar kendaraan roda empat menjadi 53,7%. Ia juga memprediksi laba bersih ASII tahun ini tumbuh menjadi Rp 20,03 triliun dan menjadi Rp 20,35 triliun di 2019. Sedangkan pendapatan tahun ini bisa mencapai Rp 206,35 triliun dan tahun depan mencapai Rp 210,33 triliun.

Franky merekomendasikan hold pada saham ASII dengan target harga Rp 9.125 per saham. Rekomendasi ini diturunkan dari sebelumnya trading buy karena harga saham dinilai cukup mahal. Selain itu, dalam valuasi historis selama 10 tahun terakhir, saham ASII jarang diperdagangkan lebih dari PER 20 kali. 

Adapun, Akhmad merekomendasikan buy ASII dengan target harga Rp 9.400 per saham. William memberi rekomendasi buy on dips pada saham ASII dengan target harga Rp 9.400 per saham. Pada perdagangan Kamis (1/2), harga saham ASII ditutup di level Rp 8.575 per saham atau menguat 0,88% dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati