Prospek pendapatan emiten tekstil dan garmen di tengah penguatan dollar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Per kuartal I-2019, penurunan pendapatan mendominasi kinerja emiten-emiten tekstil dan garmen. Dari 12 emiten tekstil dan garmen yang telah mengeluarkan laporan keuangan triwulan pertama tahun ini, sebanyak sembilan emiten mencatatkan penurunan pendapatan.

PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO) misalnya, mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 16% secara tahunan, dari US$ 59,82 juta menjadi US$ 50,26 juta.

Bernada serupa, PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 30% menjadi Rp 364,95 miliar. Pada periode sama tahun sebelumnya, pendapatan RICY adalah sebesar Rp 524,71 miliar.


Menurut Direktur RICY Tirta Heru Citra, penurunan pendapatan di kuartal I-2019 ini disebabkan oleh pelanggan pasaran domestik yang masih wait and see sampai pemilihan umum selesai.

Hal ini terbukti, karena menurut Tirta, penjualan perusahaannya untuk pasar domestik kembali meningkat pada bulan Mei ini. “Apalagi menjelang hari raya Idul Fitri,” ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (13/5).

Sementara itu, untuk orientasi ekspor, penjualan RICY tertahan karena adanya keterlambatan pengiriman barang dari pembelinya. Dengan begitu, penjualan yang seharusnya terjadi pada kuartal I-2019, akan beralih ke kuartal selanjutnya.

Sebaliknya, per kuartal I-2019, PT Pan Brothers Tbk (PBRX, anggota indeks Kompas100 ini) mencatatkan kenaikan pendapatan 5% secara tahunan dari US$ 107,43 juta menjadi US$ 112,87 juta.

Sekretaris Perusahaan PBRX Iswar Deni mengatakan, pencapaian tersebut didorong oleh efisiensi cara kerja dan jadwal pengiriman logistik yang tepat waktu. Hingga akhir tahun, perusahaan ini menargetkan pertumbuhan 10%-15% dibanding tahun 2018.

Melihat prospek kinerja emiten tekstil dan garmen ke depan, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, seiring dengan adanya penguatan nilai dolar Amerika Serikat (AS), emiten yang memiliki pangsa pasar ekspor akan diuntungkan.

Sebaliknya, emiten yang fokus pada penyediaan bahan baku tekstil pasar domestik akan cenderung kontraksi.

Alasannya, walaupun penjualan pakaian jadi meningkat, tetapi impor bahan baku tekstil juga masih naik. “Maka hanya emiten yang berorientasi ekspor yang akan mendapatkan katalis positif atas penguatan dolar AS ini,” kata Wawan.

Bernada serupa, Analis MNC Sekuritas Victoria Venny mengatakan, penguatan dollar AS akan menguntungkan emiten tekstil dan garmen yang berbasis ekspor. Meskipun begitu, menurut dia, pelaku pasar juga harus memperhatikan permintaan dari negara-negara tujuan ekspor.

“Adanya perlambatan ekonomi secara global menjadi tantangan tersendiri untuk emiten-emiten tekstil dan garmen,” kata dia. Sebagai informasi, penjualan emiten tekstil dan garmen Indonesia didominasi oleh orientasi ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto