JAKARTA. Penjualan lahan industri sepanjang kuartal I masih positif. PT Modernland Realty Tbk (MDLN) telah berhasl mengantongi penjualan lahan industri Rp 949 miliar sepanjang kuartal I 2015 dari Cikande Serang, Banten. Penjualan itu menyumbang kontribusi 65% terhadap marketing sales perseroan di kuartal I senilai Rp 1,46 triliun. Namun MDLN tak bersedia menyebut berapa luas dan harga lahan industri yang telah dijual tersebut karena khawatir menimbulkan spekulasi di pasar. Namun jika menghitung rata-rata harga penjualan lahan MDLN tahun lalu sebesar Rp 1,07 juta per m2 maka kemungkinan besar luas lahan yang sudah dijual perusahaan ini sekitar 88,6 hektare. Perhitungannya, tahun lalu MDLN berhasil menjual 161 ha lahan dengan total nilai Rp 1,73 triliun atau berkontribusi 61% terhadap total pendapatan sepanjang tahun 2014. Sekitar 36 ha dijual pada PT Tangerang kepada PT Tangerang Matra Real Estate dengan nilai Rp 721,58 miliar. Jika menghitung total hasil penjualan lahan dibagi dengan total luas lahan yang terjual tahun lalu maka harga rata-rata lahan MDLN sekitar Rp 1,07 juta per m2. Adapun Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) berhasil menjual 8 ha lahan sepanjang kuartal I di Cibitung atau sekitar 20% dari target yang dipatok tahun ini. Investor Relation BEST, Asa Siahaan menyebut rata-rata penjualan lahan US$ 200 per m2. Dengan begitu, nilai penjualan lahan tersebut mencapai Rp 206,4 miliar dengan asumsi kurs Rp 12.900. Sedangkan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), hingga minggu ketiga Maret berhasilkan mencatatkan penjualan lahan seluas 5,4 hektare (ha). Namun ini baru 9% dari target yang patok perseroan tahun ini. Penjualan tersebut berasal dari lahan industri Surya Cipta Swadaya yang ada di Karawang dengan harga jual rata-rata US$ 155 per m2. Dengan begitu, total nilai penjualan lahan tersebut dikalikan dengan kurs Rp 12.900 mencapai Rp 107,9 miliar. Tahun ini, SSIA menargetkan bisa menjual lahan 60 ha atau naik 163% dari pencapaian tahun lalu sebesar 22,8 Ha. Penjualan masih ditargetkan pengembangan lahan industri Surya Cipta Swadaya Karawang tahap II. Sementara Kawasan industri Subang belum dimasukkan dalam target karena masih dalam proses akuisisi. Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan prospek penjualan lahan industri tahun ini masih cukup cerah karean pemerintah berupaya menggenjot pembangunan infrastruktur dan lahan industri. Dia bilang, jika infrastruktur yang mendukung lahan industri terealisasi maka penjualan lahan industri akan terus meningkat. Di sisi lain, kawasan industri juga akan memberi dampak positif terhadap sektor properti karena permintaan akan hunian dan hotel di wilayah industri akan terus meningkat. Menurut Hans, penjualan lahan industri kuartal I secara umum mungkin masih sepi karena tekanan nilai tukar rupiah yang membuat sejumlah pengusaha menahan niatnya untuk melakukan ekspansi. “Selain itu, ekonomi juga sedikit melambat,” tambah Hans. Namun ke depan, penjualan lahan industri akan terus bertumbuh seiring dengan komitmen pemerintah mengembangkan infratruktur. Apalagi, kata Hans, pemerintah benar-benar merealisasikan pembangunan pelabuhan yang berdekatan dengan kawasan industri. Tantangan terberat pengembangan lahan industri kedepan menurut Hans hanya pertumbuhan ekonomi. Akan sulit mendorong pertumbuhan ekonomi karena nilai tukar rupiah masih melemah. Di sisi lain, ekspor belum bisa diharapkan karena harga komoditas masih tetekan. “Itu sebabnya realisasi proyek pemerintah menjadi satu-satunya kunci untuk mendorong ekonomi,” Jelas Hans. Untuk pengembang lahan industri, Hans merekomendasikan LPCK dan BEST. Keduanya menurut Hans memiliki prospek yang cerah karena landbanknya masih luas. Sementara SSIA menurutnya terkedala karena landbanknya sudah sempit. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Prospek penjualan lahan industri masih cerah
JAKARTA. Penjualan lahan industri sepanjang kuartal I masih positif. PT Modernland Realty Tbk (MDLN) telah berhasl mengantongi penjualan lahan industri Rp 949 miliar sepanjang kuartal I 2015 dari Cikande Serang, Banten. Penjualan itu menyumbang kontribusi 65% terhadap marketing sales perseroan di kuartal I senilai Rp 1,46 triliun. Namun MDLN tak bersedia menyebut berapa luas dan harga lahan industri yang telah dijual tersebut karena khawatir menimbulkan spekulasi di pasar. Namun jika menghitung rata-rata harga penjualan lahan MDLN tahun lalu sebesar Rp 1,07 juta per m2 maka kemungkinan besar luas lahan yang sudah dijual perusahaan ini sekitar 88,6 hektare. Perhitungannya, tahun lalu MDLN berhasil menjual 161 ha lahan dengan total nilai Rp 1,73 triliun atau berkontribusi 61% terhadap total pendapatan sepanjang tahun 2014. Sekitar 36 ha dijual pada PT Tangerang kepada PT Tangerang Matra Real Estate dengan nilai Rp 721,58 miliar. Jika menghitung total hasil penjualan lahan dibagi dengan total luas lahan yang terjual tahun lalu maka harga rata-rata lahan MDLN sekitar Rp 1,07 juta per m2. Adapun Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) berhasil menjual 8 ha lahan sepanjang kuartal I di Cibitung atau sekitar 20% dari target yang dipatok tahun ini. Investor Relation BEST, Asa Siahaan menyebut rata-rata penjualan lahan US$ 200 per m2. Dengan begitu, nilai penjualan lahan tersebut mencapai Rp 206,4 miliar dengan asumsi kurs Rp 12.900. Sedangkan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), hingga minggu ketiga Maret berhasilkan mencatatkan penjualan lahan seluas 5,4 hektare (ha). Namun ini baru 9% dari target yang patok perseroan tahun ini. Penjualan tersebut berasal dari lahan industri Surya Cipta Swadaya yang ada di Karawang dengan harga jual rata-rata US$ 155 per m2. Dengan begitu, total nilai penjualan lahan tersebut dikalikan dengan kurs Rp 12.900 mencapai Rp 107,9 miliar. Tahun ini, SSIA menargetkan bisa menjual lahan 60 ha atau naik 163% dari pencapaian tahun lalu sebesar 22,8 Ha. Penjualan masih ditargetkan pengembangan lahan industri Surya Cipta Swadaya Karawang tahap II. Sementara Kawasan industri Subang belum dimasukkan dalam target karena masih dalam proses akuisisi. Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan prospek penjualan lahan industri tahun ini masih cukup cerah karean pemerintah berupaya menggenjot pembangunan infrastruktur dan lahan industri. Dia bilang, jika infrastruktur yang mendukung lahan industri terealisasi maka penjualan lahan industri akan terus meningkat. Di sisi lain, kawasan industri juga akan memberi dampak positif terhadap sektor properti karena permintaan akan hunian dan hotel di wilayah industri akan terus meningkat. Menurut Hans, penjualan lahan industri kuartal I secara umum mungkin masih sepi karena tekanan nilai tukar rupiah yang membuat sejumlah pengusaha menahan niatnya untuk melakukan ekspansi. “Selain itu, ekonomi juga sedikit melambat,” tambah Hans. Namun ke depan, penjualan lahan industri akan terus bertumbuh seiring dengan komitmen pemerintah mengembangkan infratruktur. Apalagi, kata Hans, pemerintah benar-benar merealisasikan pembangunan pelabuhan yang berdekatan dengan kawasan industri. Tantangan terberat pengembangan lahan industri kedepan menurut Hans hanya pertumbuhan ekonomi. Akan sulit mendorong pertumbuhan ekonomi karena nilai tukar rupiah masih melemah. Di sisi lain, ekspor belum bisa diharapkan karena harga komoditas masih tetekan. “Itu sebabnya realisasi proyek pemerintah menjadi satu-satunya kunci untuk mendorong ekonomi,” Jelas Hans. Untuk pengembang lahan industri, Hans merekomendasikan LPCK dan BEST. Keduanya menurut Hans memiliki prospek yang cerah karena landbanknya masih luas. Sementara SSIA menurutnya terkedala karena landbanknya sudah sempit. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News