Prospek permintaan gelap, harga minyak mentah berjangka anjlok



KONTAN.CO.ID - MELBOURNE /TOKYO.  Harga minyak  mentah  futures atau berjangka turun tajam, Senin (30/3). Harga minyak mentah Brent  bahkan mencapai level terendah sejak November 2002, saat pandemi global corona (Covid-19) memburuk dan perang harga Arab Saudi-Rusia tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.

Dilansir dari Reuters (31/3), Brent berjangka turun 6,7%, atau $ 1,68, menjadi US$ 23,25 per barel pada 02.49 GMT, setelah sebelumnya turun menjadi US$ 23,03, terendah sejak November 2002.

Minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun hingga US $ 19,92, mendekati level terendah 18 tahun pada awal bulan ini, dan terakhir diperdagangkan turun 5,4%, atau US$ 1,17, pada US$ 20,34 per barel.


Pasar minyak telah dibanting oleh kehancuran permintaan yang disebabkan oleh pandemi coron dan perang harga Arab Saudi-Rusia yang membanjiri pasar dengan pasokan tambahan.

Arab Saudi mengatakan,  pada hari Jumat bahwa tidak dalam pembicaraan dengan Rusia untuk menyeimbangkan pasar minyak meskipun meningkatnya tekanan dari Washington untuk menghentikan penurunan harga di tengah pandemi corona. Seorang pejabat senior Rusia mengatakan sebelumnya bahwa pada hari Jumat bahwa sejumlah besar produsen minyak dapat bekerja sama dengan OPEC dan Rusia untuk mendukung harga.

"OPEC, Arab Saudi dan Rusia dapat memperbaiki perbedaan mereka, tapi OPEC-19 tidak banyak yang bisa dilakukan. Guncangan permintaan dari corona (Covid-19) terlalu besar," kata Lachlan Shaw, kepala riset komoditas National Australia Bank. Faktanya:  stok penyimpanan global akan terisi dalam beberapa bulan jika tidak ada perubahan pandemic corona, “Itu akan memiliki segala macam dampak yang mengganggu pada harga," ujar Shaw.

Dengan permintaan sekarang diperkirakan akan turun 15 juta atau 20 juta barel per hari, turuna 20% dari tahun lalu, analis mengatakan pemotongan produksi besar-besaran akan diperlukan di luar Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Pasar minyak forward (the contango) antara Mei dan November untuk berjangka minyak mentah Brent mencatatkan permintahaan minyak terbanyak di harga di $ 13,45 per barel, sedangkan spread enam bulan untuk minyak mentah AS diperlebar menjadi minus US$ 12,85 per barel, diskon terbanyak sejak Februari 2009.

Harga yang turun cepat daripada harga di bulan-bulan mendatang di pasar forward di tengah melimpahnya pasokan, mendorong pedagang untuk menyimpan minyak untuk penjualan di masa depan.

Pandemi virus corona yang telah menewaskan sekitar 32.000 orang dan membuat lebih dari 660.000 orang sakit di seluruh dunia, membuat industri penerbangan di seluruh dunia macet dan membuat sekitar 3 miliar orang berhenti melakukan kegiatan untuk membatasi penyebaran virus. "Dari sudut pandang fisik, ini benar-benar suram," kata Shaw. "Anda perlu sinyal kuat untuk memberi tahu pemasok bahwa ini adalah situasi yang sangat kejam."

Editor: Titis Nurdiana