Prospek Permintaan yang Suram dan Kenaikan Stok Menekan Harga Tembaga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga turun pada hari Senin (25/9), mendekati level terendah empat bulan yang dicapai minggu lalu. Dengan sentimen yang didominasi oleh kekhawatiran akan permintaan dari China, kenaikan stok, dan penguatan dolar Ameriak Serikat (AS).

Melansir Reuters, harga tembaga acuan di London Metal Exchange (LME) diperdagangkan turun 0,6% ke US$8.174,5 per ton. Logam yang digunakan untuk listrik dan konstruksi ini sebelumnya menyentuh US$8.110, mendekati level US$8.071 yang dicapai minggu lalu yang merupakan level terendah sejak akhir Mei.

Harga logam industri telah berada di bawah tekanan tahun ini karena melambatnya permintaan di China, di mana pasar properti terhenti dan manufaktur mengalami kontraksi.


Baca Juga: Pemerintah Terbitkan Aturan Klasifikasi Mineral Kritis, Berikut Daftar Lengkapnya

"China tidak memiliki keinginan untuk melakukan stimulus infrastruktur besar-besaran karena stoknya sudah sangat besar," kata Julius Baer, analis Carsten Menke.

"Di bidang properti, populasi China sedang turun. Pemerintah tahu bahwa lebih sedikit apartemen yang dibutuhkan di masa depan."

Petunjuk tentang prospek permintaan China akan datang dari survei manajer pembelian di sektor manufaktur negara tersebut minggu ini.

Yang menyoroti lemahnya permintaan adalah persediaan tembaga di gudang-gudang yang terdaftar di LME sebanyak 163.900 ton, stok naik lebih dari 200% sejak pertengahan Juli.

Ekspektasi arus masuk tembaga lebih lanjut ke dalam sistem LME telah memicu diskon besar untuk tembaga tunai selama kontrak tiga bulan, di level tertinggi 31 tahun di sekitar US$70 per ton.

Namun, Julius Baer optimistis tentang prospek jangka panjang tembaga berkat dorongan global menuju transisi energi. Di mana akan membutuhkan tembaga dalam jumlah besar untuk pemasangan kabel.

Baca Juga: Harga Minyak Naik, Pasokan Kembali Menjadi Fokus

"Dari perspektif transisi energi, prospeknya positif. Jika tembaga jatuh ke US$8.000 atau di bawahnya, ini adalah peluang beli," kata Menke.

Secara keseluruhan, logam-logam industri berada di bawah tekanan dari mata uang AS yang lebih kuat. Membuat logam-logam yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga berpotensi mengurangi permintaan.

Di tempat lain, harga aluminium turun 0,7% menjadi US$2.224 per ton, seng turun 1,3% menjadi US$2.529,5, timbal turun 0,6% menjadi US$2.201, timah turun 0,4% menjadi US$26.150, dan nikel turun 1,1% menjadi US$19.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto