Prospek Poultry Masih Menantang, Begini Rekomendasi Saham CPIN dari Analis Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paruh kedua tahun ini menjadi periode yang cukup menantang bagi PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Analis Ciptadana Sekuritas Asia Michael Filbery menyatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga potensi melemahnya daya beli bakal mempengaruhi kinerja emiten pakan ternak ini.

Sentimen positif untuk Charoen Pokphand Indonesia juga masih minim. Michael bilang, meningkatnya biaya BBM bakal turut memperberat biaya distribusi CPIN.

"Ke depannya, perlu dilihat lagi seberapa kuatnya daya beli masyarakat di sektor konsumsi setelah adanya kenaikan BBM, tapi menurut saya tak terlalu berdampak signifikan ke purchasing power masyarakat kelas menengah," jelasnya pada Kontan, Selasa (13/9).


Selain itu, harga bahan baku yang masih tinggi juga membayangi kinerja Charoen Pokphand. Meski pada Juli 2022 lalu beberapa harga bahan baku terpantau turun, namun sekarang ini kembali naik. Misalnya jagung, harga jagung baru-baru ini sempat merangkak mendekati 5.000 per kg.

Baca Juga: Lanjut Koreksi, Cermati Saham-saham Teknologi yang Masih Layak Dikoleksi

Untungnya, Michael memandang kenaikan harga bahan baku berupa jagung ini akan terbatas sembari menunggu efek panen raya kedua. Sehingga, beban untuk bahan baku jagung bisa sedikit membaik. Sedangkan untuk soybean meal kemungkinan masih relatif mahal lantaran terdampak cuaca panas ekstrem di Amerika belakangan yang menurunkan supply.

Lebih lanjut Michael menambahkan, terkereknya harga jual rata-rata ayam maupun telur sejauh ini berimbas baik untuk emiten poultry termasuk CPIN, dimana dapat penurunan operating margin. Katanya, kenaikan ASP sepanjang semester 1 lalu juga harusnya masih bisa jadi bantalan pengaman margin bagi harga produksi yang masih relatif tinggi.

Ceruk Pasar Baru

Dari segi penjualan, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk mulai melakukan ekspor perdana produk unggas ke Singapura senilai Rp 40 miliar pada Juli 2022 silam. Pengiriman pertama dilakukan pada 13 Juli 2022 sebesar 50 ton produk unggas senilai Rp 2 miliar. Nantinya CPIN akan mengekspor produk unggas ke Singapura dengan total 1.000 ton.

Michael mengungkapkan, penjualan ke Singapura ini menjadi inisiatif awal yang bagus untuk mendapatkan pasar baru bagi CPIN. Memang, jika dilihat dari nilai ekspor terakhir belum signifikan untuk boosting revenue CPIN tahun ini, atau masih di bawah 1% dari ekspektasi revenue CPIN di tahun ini.

"Ke depan masih harus bersaing dengan pasar ayam dari negara lain seperti Malaysia yang masih lebih kompetitif secara harga," imbuhnya.

Selanjutnya, sambung Michael, CPIN juga bisa mencari pasar ekspor baru di negara lainnya lagi yang biaya produksi ayamnya lebih tinggi dari Indonesia sehingga barrier harganya menurun. Ia memberikan rekomendasi hold untuk saham CPIN dengan TP di Rp 5.650 per saham.

Dalam risetnya 25 Juli 2022, Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael merekomendasikan hold untuk saham CPIN dengan TP di Rp 6.300.

Baca Juga: Laba Menyusut, Simak Rekomendasi Saham Charoen Pokphand (CPIN)

Benyamin mengungkapkan CPIN mengalokasikan belanja modal senilai Rp 2,5 triliun pada tahun ini. Dimana 50% belanja modal akan dikucurkan untuk bisnis makanan yang sebagian besar untuk pengadaan rumah potong unggas dan sisanya untuk memperluas segmen ritel melalui Prima Freshmart.

Sebagai informasi, CPIN menargetkan jumlah toko bisa menjadi 5.000 dalam jangka 2 hingga 3 tahun mendatang. Adapun hingga tutup akhir tahun lalu toko milik CPIN terdapat 2.687.

Kemudian, sebesar 30% belanja modal akan digelontorkan untuk investasi silo atau tempat penyimpanan jagung guna mengamankan pasokan jagung. terakhir, 20% capex akan digunakan untuk bisnis farming yang sebagian besar akan digunakan untuk ekspansi segmen DOC.

 
CPIN Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi