Prospek properti di sekitar Maja, Lebak



LEBAK. Maja, daerah yang terletak di kabupaten Lebak, Provinsi Banten ini ternyata menyimpan potensi menjadi sebuah kota mandiri. Buktinya, daerah yang terletak di jalur alternatif dari Jakarta menuju Rangkasbitung ini sudah menjadi incaran pengembang besar.

Grup Ciputra salah satunya. Pengembang ini malah sudah punya proyek properti bernama Citra Maja Raya. "Maja potensial karena dilalui jalur kereta api. Daerah ini cocoknya untuk residensial kelas menengah," kata Tulus Santoso Brotosiswojo, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Grup Ciputra.

Dengan luas lahan tidak kurang dari 400 hektare (ha), Citra Maja Raya didesain menjadi kota mandiri. Untuk tahap pertama, Ciputra akan mengembangkan lahan seluas 40 ha menjadi kurang lebih 5.000 unit rumah. "Di tahap berikutnya kami akan membangun mal juga," imbuh Tulus.


Selain Ciputra, beberapa perusahaan kakap tengah membidik daerah ini. Kabarnya, Grup Lion juga mengincar lahan di areal ini. Perusahaan penerbangan ini rupanya ingin membikin bandar udara (bandara) sendiri untuk mengantisipasi kepadatan penumpang dan pesawat di bandara Soekarno Hatta.

Saat KONTAN bertandang ke Maja, Sabtu (29/11), geliat pembangunan infrastruktur kota kecil ini mulai terlihat. PT Kereta Api Indonesia (KAI) tengah memperluas Stasiun Maja. Di areal stasiun ini tengah berlangsung  pembangunan jalur rel ganda serta pembangunan peron. Soalnya, akses kereta listrik (KRL) baru saja masuk Maja sejak 2012.

Proyek lain yang tidak kalah penting adalah rencana pemerintah membangun jalan tol antara Serpong ke Maja sepanjang 60 kilometer (km). Bila rencana ini terlaksana, dipastikan banyak pihak melirik daerah Maja ini. 

Berdasarkan penuturan salah satu warga, terhitung sekitar enam bulan terakhir terutama setiap akhir pekan banyak orang berbondong-bondong mencari tanah di Maja. Mereka umumnya  berasal Jakarta dan sekitaran Tangerang.  

Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) bilang, Maja secara ekonomi dan tata ruang memang cocok sebagai daerah industri. Namun potensi ini sangat tergantung dari komitmen pemerintah. "Maja butuh waktu lima sampai 10 tahun untuk menjadi kota industri, setelah menjadi kota industri maka properti akan terpacu dan kawasan hunian baru akan tumbuh," katanya.

Ia mengatakan beberapa pengembang besar sudah masuk ke wilayah ini dan menjadikan lahan di Maja sebagai lahan tabungan atau landbank. Sayangnya, Ali enggan menyebut identitas pengembang besar ini.

Yang jelas, harga tanah di Maja saat ini berkisar antara Rp 500.000 sampai Rp 800.000 per meter persegi (m²) tergantung dari lokasi.

Kalaupun ada yang berminat investasi tanah di Maja, tentu untuk jangka waktu jangka panjang antara lima tahun sampai 10 tahun ke depan. Soalnya, harga rata-rata kenaikan tanah di wilayah ini antara 5% sampai 10% per tahun. Bila pengembang besar sudah menjalankan proyek, harga tanah bisa terkerek hingga 15% per tahunnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon