KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah membaiknya kasus harian Covid-19, kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) menyusut hingga Rp 15,06 triliun sepanjang tahun 2021. Secara umum, berbagai sentimen eksternal masih membayangi prospek pasar obligasi ke depan. Infovesta Utama dalam rilis mingguannya, Senin (25/10) menuliskan, beragam isu global yang membayangi telah menyebabkan fluktuasi pergerakan di pasar obligasi. Sentimen seperti rencana tapering yang akan dimulai pertengahan November 2021, percepatan kenaikan tingkat suku bunga The Fed pada pertengahan tahun 2022, krisis likuiditas perusahaan raksasa properti China – Evergrande serta kekhawatiran stagflasi di negara-negara maju. “Ditinjau selama sebulan terakhir, tampak harga obligasi tertekan secara berturut-turut. Hal tersebut berpotensi menekan kinerja reksadana berbasis surat utang,” tulis Infovesta Utama dalam risetnya.
Prospek reksadana berbasis surat utang di tengah fluktuasi harga obligasi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah membaiknya kasus harian Covid-19, kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) menyusut hingga Rp 15,06 triliun sepanjang tahun 2021. Secara umum, berbagai sentimen eksternal masih membayangi prospek pasar obligasi ke depan. Infovesta Utama dalam rilis mingguannya, Senin (25/10) menuliskan, beragam isu global yang membayangi telah menyebabkan fluktuasi pergerakan di pasar obligasi. Sentimen seperti rencana tapering yang akan dimulai pertengahan November 2021, percepatan kenaikan tingkat suku bunga The Fed pada pertengahan tahun 2022, krisis likuiditas perusahaan raksasa properti China – Evergrande serta kekhawatiran stagflasi di negara-negara maju. “Ditinjau selama sebulan terakhir, tampak harga obligasi tertekan secara berturut-turut. Hal tersebut berpotensi menekan kinerja reksadana berbasis surat utang,” tulis Infovesta Utama dalam risetnya.