Prospek reksadana saham jika S&P naikkan rating



JAKARTA. Sepanjang tahun ini, kinerja reksadana saham diprediksi bakal positif. Hal ini tidak hanya didukung oleh sentimen Standard & Poor's Global Ratings (S&P) yang mungkin akan menaikkan rating Indonesia.

Lebih dari itu, fundamental ekonomi Indonesia yang bagus juga bakal menjadi penopangnya. Namun, investor pun perlu mencermati rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunganya sebanyak dua kali lagi pada tahun ini.

Tandy Cahyadi, Fund Manager Majoris Asset Management bilang, jika S&P menaikkan rating, ke depannya minat investasi baik dari investor domestik maupun luar negeri dapat lebih baik. "Kami juga berharap, secara riil bahwa cost of fund untuk pemerintah maupun korporasi di Indonesia dapat menjadi semakin kompetitif," imbuhnya.


Dengan begitu, kata dia , kinerja emiten di Indonesia dapat ikut terdongkrak. Bahkan, Tandy pun memprediksi target return untuk reksadana saham hingga akhir tahun bisa mencapai 18%. Target ini tentu lebih tinggi dari IHSG tahun lalu yang tumbuh 15,3%.

Senada, Jemmy Paul, Investment Director Sucorinvest Asset Management pun optimistis, jika S&P menaikkan rating Indonesia, kinerja reksadana saham ikut terdongkrak. "Saya sih masih yakin kinerja reksadana saham akan positif, paling enggak sampai Mei 2017. Jadi setelah Pilkada dan S&P upgrade," ujarnya. Jemmy pun menargetkan return reksadana saham sampai akhir tahun mencapai 25%.

Beben Feri Wibowo, Senior Research Analyst Pasardana bilang, spekulasi perbaikan rating oleh S&P tersebut menyebabkan investor asing kembali masuk ke pasar saham. Adapun aksi beli asing per 23 Maret 2017 tercatat mencapai Rp6,08 triliun. Jika mengacu data Pasardana Equity Fund Index, kinerja reksadana saham secara year to date per 23 Maret 2017 sebesar 2,37%.

Menurut Beben, kinerja reksadana tersebut disokong oleh kondisi ekonomi dalam negeri yang cenderung baik, terbukti dari nilai tukar rupiah yang stabil dan laju inflasi yang masih berada di kisaran target.

Kondisi tersebut, kata dia, mendorong Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan BI 7 days reverse repo rate di level 4,75% meski The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan AS. "Analisa atas keputusan BI tersebut semakin memperkuat ekspektasi pelaku pasar bahwa ekonomi dalam negeri dalam kondisi baik," ujarnya.

Adapun perbaikan outlook rating dari Fitch akhir tahun kemarin dan Moody's di awal tahun dari semula netral menjadi positif turut menjadi katalis positif. Faktor itulah yang menjadi ekspektasi pelaku pasar bahwa tahun ini S&P akan menaikkan rating utang dalam negeri menjadi investment grade.

Beben menambahkan, jika S&P benar-benar menaikkan rating, maka asing berpeluang untuk mencatatkan net buy lebih besar di kisaran Rp 16 triliun - Rp 17 triliun. "Ini akan berujung pada positifnya kinerja pasar saham tahun ini dengan target pertumbuhan hingga akhir tahun mencapai 10% atau di level 5.820-an,"katanya.

Namun begitu, kinerja reksadana saham pun masih tetap akan dibayangi oleh sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang diprediksi akan naik sebanyak dua kali lagi pada tahun ini. Selain itu, kebijakan Trump di tengah ekonomi Eropa dan Tiongkok yang masih berada dalam proses pemulihan.

Beben pun memproyeksikan, rata-rata kinerja reksadana saham hingga akhir tahun berada di level 10% -11% (optimis) dan 3% - 4% (moderat). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto