Prospek reksadana terproteksi positif, cermati juga risikonya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Animo investor, khususnya pada investor konservatif, meningkat terhadap reksadana terproteksi. Tren kenaikan yield obligasi membawa berkah pada imbal hasil reksadana terproteksi dan membuat dana kelolaan reksadana ini melonjak.

Berdasarkan data Infovesta Utama, sejak Agustus hingga Selasa (18/9) terdapat 48 reksadana terproteksi yang meluncur.

Sedangkan, diperiode yang tren kenaikan imbal hasil ditunjukkan dari yield Surat Utang Negara (SUN)tenor 10 tahun beranjak naik 64 basis poin (bps) dari 7,70% ke 8,34%. Sementara, jika dihitung sejak awal tahun yield SUN meningkat 194 bps.


Dampaknya, dana kelolaan reksadana terproteksi tumbuh Rp 5,25 triliun ke Rp 124,72 triliun sepanjang Agustus lalu. Sedangkan, jenis reksadana lain mayoritas catatkan penurunan dana kelolaan.

Mauldy Rauf Makmur Director Chief Marketing Officer CIMB Principal Asset Management mengatakan di tengah pasar yang berfluktuasi saat ini sebagian investor jadi cenderung mencari produk defensif seperti reksadana terproteksi.

Banyaknya animo investor konservatif pada reksadana ini juga mendukung pertumbuhan dana kelolaan reksadana terproteksi.

"Selama imbal hasilnya masih menarik, reksadana terproteksi masih ada peminat," kata Mauldy, Senin (17/9).

Dengan tren yield obligasi yang meningkat memang membuat imbal hasil reskadana terproteksi juga berpotensi meningkat. Namun, Mauldy mengatakan investor perlu memahami risiko yang mengikuti. Pasalnya, risiko juga cenderung meningkat sehingga investor harus lebih cermat melihat risiko obligasi korporasi yang menjadi underlying reksadana terproteksi.

Mauldy mengatakan meski tren yield obligasi sedang meningkat, pipeline peluncuran reksadana terproteksi masih akan sesuai rencana di tahun ini atau belum ada rencana menambah penerbitakan produk reksadana terproteksi diluar rencana awal.

"Total saat ini kurang lebih ada 25 reksadana terproteksi yang sudah existing," kata Mauldy.

Per Agustus 2018 total dana kelolaan CIMB Principal Asset Management sekitar Rp 8 triliun dengan kontribusi dana kelolaan dari reksadana terproteksi kurang lebih sebesar 30%.

Mauldy mengatakan dengan gejolak pasar keuangan, investor jadi cenderung keluar dari instrumen yang berisiko sehingga prospek reksadana terproteksi masih positif.

Namun, investor perlu mencermati naiknya tingkat risiko dan insentif pajak obligasi Mauldy proyeksikan akan menurun di 2020 yang berpotensi membuat return reksadana terproteksi jadi tertekan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia