Prospek rights issue bank akan tergantung pembeli siaganya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan akan meramaikan aksi rights issue di pasar modal tahun ini. Setelah aksi korporasi yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) masih banyak bank lain yang sedang mengantri untuk melakukan penawaran terbatas. Sebagian besar tujuannya untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 2 triliun tahun ini. 

Rights issue yang digelar BRI sukses besar. Bank pelat merah ini menerbitkan 28,2 miliar saham baru dalam rangka pembentukan Holding Ultra Mikro. Rights issue ini mengalami  oversubscribed alias kelebihan permintaan.

Total nilai rights issue BRI mencapai Rp 95,9 triliun. Sebanyak Rp 54,7 triliun merupakan partisipasi non tunai pemerintah. Lalu Rp 41,2 triliun berasal dari investor publik dalam bentuk tunai, dimana Rp 27,9 triliun di antaranya berasal dari investor asing.


Pencapaian ini menorehkan sejarah baru karena menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara dan menduduki peringkat ketiga di Asia, serta peringkat ketujuh di seluruh dunia.

Baca Juga: Harga saham BBRI menghijau 0,54% pada penutupan bursa Rabu (29/9)

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, tingginya minat terhadap rights issue BRI ini mencerminkan kepercayaan pemegang saham terhadap visi yang dibangun Pemerintah melalui BRI untuk semakin fokus pada penetrasi keuangan dengan mengamankan sumber pertumbuhan baru di segmen mikro.

Lalu apakah bank-bank lain yang mengantri rights issue bisa menorehkan kesuksesan yang sama seperti BRI?

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama mengatakan, prospek rights issue bank-bank kecil dan menengah tersebut akan tergantung pada siapa yang akan bertindak sebagai pembeli siaga. 

Pembeli siaga bisa mendorong partisipasi pemegang saham publik dalam rights issue tersebut. 

"Stand by buyer sangat diperlukan guna menjaga fluktuasi pasar. Perannya cukup besar guna mendorong antusias investor publik," kata Okie kepada Kontan.co.id, Kamis (30/9).

Menurut Okie, prospek rights issue PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) yang kini sudah berganti nama menjadi Bank Raya dan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) cukup menarik karena adanya komitmen dari holdingnya untuk memperkuat bisnis kedua bank ini cukup besar.

Bank Raya telah mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk menggelar rights issue sebanyak-banyaknya 2,15 miliar lembar atau 9,96% dari modal ditempatkan. 

BABP saat ini dalam proses menggelar rights issue dengan menerbitkan 14,23 miliar saham seri B dengan harga pelaksanaan Rp 318 per saham. Periode pelaksanaan berlangsung  selama periode 14 -27 September. 

Namun, sahamnya justru terembab ke level dibawah harga rights issue. Pada penutupan perdagangan Kamis (30/9), saham BABP anjlok 4,3% dan dalam sepekan tercatat telah turun 15,3%.

Editor: Herlina Kartika Dewi