JAKARTA. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) gencar berekspansi bisnis. Tahun ini, SILO mengalokasikan belanja modal (capex) senilai Rp 900 miliar. Capex tahun ini kelak dipakai untuk membangun lima rumahsakit. Manajemen SILO menargetkan, bisa pembangunan tujuh hingga delapan rumahsakit per tahun. Soal pendanaan, Direktur Utama SILO Romeo Lledo pernah mengatakan, SILO bakal membuka beberapa opsi pendanaan, yakni pinjaman dari induk usaha, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), atau pinjaman perbankan. Sejumlah analis menilai bisnis rumahsakit cukup prospektif. Sebab, kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia. "Rumah sakit tidak pernah sepi, bisnisnya laku setiap hari," kata Andre Setiawan, analis Minna Padi Investama.
Analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya mengatakan, rumahsakit SILO berada di kawasan perumahan, yang cukup strategis. Dia menilai, masa depan bisnis SILO masih cerah, lantaran kebutuhan kesehatan tergolong wajib dan mendesak. Tak hanya itu, SILO berkesempatan meraup pendapatan lebih banyak dari kerjasama dengan berbagai perusahaan asuransi kesehatan. Namun Andre mengatakan, SILO perlu memperhatikan ekspansinya, sehingga tidak menggerogoti laba. Pasalnya, ekspansi memerlukan biaya besar. Apalagi untuk membangun rumahsakit baru, SILO membutuhkan peralatan medis dari luar negeri. Jika nilai tukar rupiah masih lemah, SILO bisa terkena rugi kurs. William menambahkan, persaingan rumahsakit baik swasta maupun pemerintah saat ini semakin ketat. Oleh karena itu, William menyatakan, SILO sebaiknya segera menambah jumlah rumahsakit. Setiap tahun pasien yang berobat ke rumahsakit terus meningkat. Analis Standard Chartered, Alvin Witirto, dalam risetnya tanggal 6 Mei 2014 menilai, SILO masih memimpin pasar rumahsakit dalam negeri dengan ekspansi dan pertumbuhan laba yang kuat. Margin EBITDA dan laba bersih SILO di kuartal I 2014 sebesar 14,7% dan 3,6%, atau di atas ekspektasi Alvin. Dia yakin, SILO dapat mempertahankan margin, jika membuka lima rumahsakit tahun ini. Alvin memprediksi, pasien SILO tumbuh antara 41%-48% pada tahun ini. Alvin memperkirakan pendapatan SILO tahun ini mencapai Rp 3,63 triliun, tumbuh 44% dari tahun lalu yang senilai Rp 2,5 triliun. Sedangkan laba bersihnya berpotensi tumbuh 140%
year-on-year (yoy) menjadi Rp 120 miliar. Sedangkan William menaksir, SILO bisa meraih pertumbuhan pendapatan tahun ini berkisar 20%-25%. Adapun laba bersihnya naik 5%-8%.
William merekomendasikan
hold saham SILO dengan target Rp 15.500 per saham. Alvin memberikan rating
outperform. Andre pun melihat bisnis rumah sakit masih bisa terus tumbuh. Jika meneropong secara teknikal, saham SILO sudah naik cukup tajam, sehingga rawan koreksi di jangka pendek. "Kenaikan selanjutnya akan tersendat," tutur Andre. Untuk jangka pendek, Andre merekomendasikan
hold saham SILO dengan target Rp 15.000. Dalam jangka panjang, investor bisa membeli SILO dengan target Rp 17.000 per saham. Harga saham SILO, Kamis (5/6), turun 0,34% menjadi Rp 14.725 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro