KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan emiten-emiten bank kelas menengah yang positif selama sembilan bulan pertama 2023, ternyata belum cukup untuk membuat pergerakan harga saham bank lapis dua ini menanjak. Pasalnya jika melihat rasio valuasi sahamnya, harga saham emiten bank lapis dua masih tergolong murah dengan Price to Book Value (PBV) di bawah satu kali. Namun meski dianggap murah, ternyata kinerja sahamnya jika dibandingkan dengan sejak awal tahun alias yeart to date (YtD) justru melemah. Seperti saham bank plat merah ini misalnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) tergolong bank lapis dua yang memiliki valuasi murah dengan PBV 0,62 kali. Sejak awal tahun (ytd), saham BBTN sudah melemah hingga 4,44%.
Emiten bank lapis dua lainnya yang memiliki valuasi murah adalah PT Bank Permata Tbk (BNLI) dengan PBV 0,86 kali. Sejak awal tahun (ytd), saham BNLI sudah melemah 8,37%.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,48% ke 7.093 Pada Senin (4/12), SIDO, ESSA, BBRI Jadi Top Gainers LQ45 Sementara PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) dengan PBV 0,55 kali, kinerja sahamnya sejak awal tahun sudah melemah hingga 25,65%. Di sisi lain meski dengan PBV yang murah, sejumlah emiten bank lapis dua ini masih memiliki kinerja saham yang menguat sejak awal tahun, seperti PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dengan PBV 0,58 kali. Saham emiten bank ini sejak awal tahun (ytd) menguat 4,44%. Emiten bank lainnya yang memiliki valuasi murah adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), yakni PBV 0,91 kali. Di antara bank lapis dua lainnya, kinerja saham BNGA sejak awal tahun (ytd) menguat paling signifikan yakni 43,88%. PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) dengan PBV 0,77 kali juga mencatat kinerja saham sejak awal tahun menguat 63,09%. Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan secara sentimen, saham-saham emiten bank berkapitalisasi besar memang masih mendominasi pasar, seperti BMRI, BBNI, BBCA, dan BBRI. Namun menurut dia, bukan berarti saham bank lapis dua tersebut tidak menarik. "Tapi bisa saja peminatnya memang kurang. Dan ketika peminatnya berkurang, memang banyak faktor. Mulai dari volatilitas hingga kinerja dari emiten yang kalah bersaing dengan bank bank besar tadi. Meskipun secara kinerja, mengalami perbaikan," kata dia kepada Kontan, Senin (4/12). Meskipun kinerja yang positif dari emiten bank lapis dua belum mencerminkan kepada kinerja sahamnya, Nico menyebut yang terpenting adalah emiten bank harus dapat menjaga kinerja secara fundamental. Pasalnya dari sanalah nantinya pelaku pasar dan investor akan terundang secara sentimen, karena dari sentimenlah pasar bergerak dan menciptakan volatilitas. "Bagi trader, tentu volatilitas jangka pendek sangat penting, dan bagi investor, fundamental jangka panjang merupakan hal yang terpenting," kata dia. Lebih lanjut Nico mengatakan secara teknikal analisa, beberapa saham bank lapis dua tersebut terlihat secara jangka pendek mulai membentuk tren naik. "Namun hati hati, karena secara jangka menengah dan panjang masih berpotensi turun," tegas Nico.
Baca Juga: Adu Kuat Saham-Saham Raksasa di Bursa Di sisi lain, Nico mencermati salah satu hal yang bisa membuat PBV naik adalah dengan melakukan langkah aksi korporasi, pasalnya menurun Nico untuk mengukur PBV adalah rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan. "Biasanya perbankan selalu menggunakan PBV sebagai tolok ukur, dan aksi korporasi adalah salah satu langkah untuk meningkatkan nilai buku ya," kata dia. Adapun jika melihat aksi korporasi dari emiten bank kelas menengah, beberapa di antaranya diketahui akan melakukan aksi korporasi berupa pelepasan saham untuk memenuhi porsi batas minimum aturan free float yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum batas tenggat waktu 21 Desember 2023. Di antara emiten bank kelas menengah yang belum memenuhi aturan free float 7,5% di antaranya adalah BNGA, BTPN, dan BDMN. Reza Iskandar Sardjono, Chief Strategy Officer Bank Danamon Indonesia mengatakan Danamon telah menjaga jumlah saham free float pada tingkat yang memenuhi ketentuan, dimana berdasarkan komposisi pemegang saham Danamon hingga 31 Oktober 2023, jumlah saham free float Danamon sebesar 7,55% atau sekitar 731 juta lembar saham yang dapat diperdagangkan di bursa saham. Oleh karenanya tidak diperlukan rencana korporasi tambahan terkait dengan hal ini. Reza juga menyebut perseroan selalu berusaha membangun nilai tambah bagi stakeholders termasuk investor melalui peningkatan kinerja keuangan dan berfokus pada pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan. Atas hal ini, Reza mengatakan Bank Danamon sejak beberapa tahun terakhir secara konsisten telah membangun Infrastruktur IT dan Digital, People, Branding dan Jaringan Kantor Cabangnya guna menciptakan pondasi yang kuat dalam mengembangkan bisnis dan meningkatkan standar pelayanannya kepada Nasabah. "Peningkatan kinerja keuangan ditunjukkan melalui pertumbuhan kredit yang solid, kualitas aset yang terjaga dan profitabilitas yang baik. Danamon juga secara berkala mengkomunikasikan strategi perusahaan dan pencapaian kinerja keuangannya pada berbagai kegiatan Investor Relations," kata Reza kepada Kontan, Senin (4/12). Reza juga menyebut salah satu upaya komunikasi yang terus dilakukan dengan para investor yakni dengan melakukan pertemuan-pertemuan lainnya dengan Investor dan Analyst dalam memberikan basis untuk berinvestasi.
Sementara itu belum lama ini Direktur Utama BBTN, Nixon L.P Napitulu juga mengatakan pihaknya akan terus meningkatkan margin bunga bersih (NIM) untuk menjaga pertumbuhan laba bank. Tahun depan BBTN akan menargetkan NIM sebesar 4%. Nixon juga meyakinkan investor untuk tidak menunggu untuk membeli saham BBTN, mengingat prospek rumah akan terus meningkat saban tahun. "To the point saja, langsung beli saham BBTN. Tren bunga pasti tahun depan semester 2 akan turun, dan Indonesia tetap membutuhkan rumah, belum lagi 12,7 juta penduduk belum punya rumah, dan sekitar 800.000 sampai 1 juta pasangan baru tiap tahun dan itu juga butuh rumah, jadi rumah adalah kebutuhan pokok yang akan selalu ada, kita sudah menaikkan strategi, tahun depan pasti naik," kata Nixon belum lama ini dalam Public Expose. Adapun jika melihat secara fundamental, Nico sendiri merekomendasikan beberapa saham emiten bank lapis dua, yakni BBTN dengan target harga Rp 1.650, BNGA dengan target harga Rp 2.150, serta saham BNLI dengan harga Rp 1.040. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi