KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun, nampaknya banyak investor mulai melakukan
rebalancing portofolio. Belakangan ini, sejumlah saham keping biru banyak terkena aksi jual. Hal ini mulai terlihat sejak pekan lalu. Setidaknya, ada empat saham yang sempat terkoreksi cukup dalam pada perdagangan Kamis (30/11). Di antaranya, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Rata-rata saham ini ambles 3% hingga 4% dalam satu hari. Saham BBCA juga menjadi saham yang paling banyak dijual investor asing dalam satu pekan belakangan. Saham-saham ini pun banyak ditransaksikan dalam jangka pendek oleh
trader. Dus, pergerakan IHSG pada akhir November lalu cukup volatil.
Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman mengatakan, sejatinya tidak ada masalah dengan fundamental keempat saham tersebut. "Tapi, faktor eksternal terkait
rebalancing indeks MSCI menekan keempat saham itu," ujar dia, Selasa (5/11). Indeks MSCI merupakan indeks yang mempertimbangkan likuiditas dan fundamental emiten. Indeks ini kerap menjadi acuan investor asing, termasuk para manajer investasi. Dengan kata lain, potensi keuntungan di balik saham-saham MSCI cukup besar karena likuiditas dan fundamentalnya yang menarik. Sehingga, ketika ada perubahan indeks MSCI, investor asing ikut melakukan
rebalancing demi mengejar hasil yang lebih besar. Salah satu caranya, membuang beberapa saham
blue chip dan masuk ke saham baru MSCI. Hal ini juga menjadi alasan mengapa saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) justru menguat belakangan ini. Dalam sepekan terakhir, saham BBTN menjadi saham yang paling banyak dibeli investor asing. Saham BBTN memang masuk dalam racikan MSCI Global Standard Index terbaru yang berlaku mulai 30 November lalu. Kenaikan harga BBTN terus berlanjut pada perdagangan kemarin dengan kenaikan lebih dari 3% ke level Rp 3.400 per saham. Fundamental solid Penurunan harga saham
blue chip memang tak berlangsung lama. Hanya ICBP yang kemarin masih turun 1,14% ke Rp 8.650 per saham. Saham BBCA dan HMSP sudah kembali naik. Koreksi yang terjadi pada akhir pekan lalu membuat harga saham-saham tersebut menjadi lebih murah. "Sehingga, ini menjadi peluang bagi sejumlah investor untuk kembali memburu saham-saham
blue chip," imbuh Norico. Saham-saham juga berada di sektor bisnis yang menopang pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, saham BBCA masih tetap menarik. Dari sektor pertambangan, Norico menilai saham UNTR cukup prospektif untuk dicermati di akhir tahun ini. Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini memang masih belum sejalan dengan ekspektasi. Tapi, bukan berarti tidak bertumbuh.
Demikian halnya dengan sektor perbankan. Taye melihat tak ada kejutan kinerja dari sektor ini. "Tapi, hasil kinerjanya juga tidak mengecewakan," ujar Taye dalam riset 27 November lalu. Dia meyakini, efek
tax amnesty yang justru menekan belanja rumah tangga akan hilang pada tahun depan. Alhasil, daya beli akan membaik di 2018. Pada saat bersamaan, aktivitas ekspor impor tahun depan akan lebih menarik. "Industri perbankan tahun depan juga akan lebih baik, seiring dengan meningkatnya belanja pemerintah tahun depan," tandas Taye. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati