Prospek Saham Consumer Cyclicals di tengah Rotasi Sektor dan Pemantauan Khusus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham di sektor barang konsumen non-primer (consumer cyclicals) menjadi sorotan. Selain pergerakan sektoral yang masih merah, saham consumer cyclicals juga berpotensi mendominasi papan pemantauan khusus.

Seperti diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menyiapkan papan pemantauan khusus. Guna meningkatkan perlindungan terhadap investor, papan ini bakal diisi oleh saham dengan notasi khusus dan mekanisme perdagangan tersendiri.

BEI sedang menjaring emiten yang berpotensi mengisi papan pemantauan khusus. Merujuk pada daftar efek pemantauan khusus di laman resmi BEI, sejauh ini ada 153 saham yang terjaring.  Mayoritas diisi oleh emiten dari sektor consumer cyclicals.


CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menghitung ada 42 emiten barang konsumen non-primer atau sekitar 27,5% dari total daftar efek pemantauan khusus saat ini. Menurut Praska, ada sejumlah faktor yang membuat saham di sektor consumer cyclicals dominan mengisi daftar tersebut.

Baca Juga: Saham-Saham Konstituen Baru MSCI Index, Simak Rekomendasi Sahamnya!

Pertama, dari sisi fundamental. Performa bisnis dan keuangan sebagian emiten barang konsumen non-primer di daftar tersebut sedang dalam kondisi negatif. Terutama dari sisi pendapatan, profitabilitas, dan ekuitas.

Kapitalisasi pasar (market caps) dari emiten tersebut juga tergolong mini hingga sedang (small-mid caps). Faktor kedua, terkait dengan persoalan yang sedang dihadapi emiten, seperti perkara hukum atau PKPU.

"Lalu itu tercermin dari pergerakan harga sahamnya. Emitennya juga small-mid caps, secara bisnis dan market share bukan leader, kinerjanya rentan tertekan fluktuasi ekonomi," terang Praska saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/2).

Sebagai informasi, emiten di sektor consumer cyclicals ini terbagi pada sejumlah segmen bisnis. Antara lain meliputi perdagangan ritel, media & hiburan, komponen otomotif, barang rekreasi, jasa konsumen, serta pakaian & barang mewah.

Sepanjang tahun 2022, IDX sector consumer cyclicals mengalami penurunan 5,50%. Sedangkan pada tahun ini, secara year to date IDX sector consumer cyclicals masih memerah 0,76% hingga perdagangan Jumat (17/2).

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham ADRO yang Menggelar Buyback Saham Jumbo

Rotasi Sektor & Rekomendasi Saham

Untuk saham-saham barang konsumen non-primer yang masuk dalam daftar efek pemantauan khusus, Praska melihat peluang memperbaiki kinerja akan terbuka. Hanya saja, pertumbuhan kinerja kemungkinan belum signifikan di tahun ini.

Praska mencontohkan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Emiten media Grup Bakrie ini masih menjadi saham gocap dengan notasi khusus E (ekuitas negatif) dan X (efek dalam pemantauan khusus).

Secara bisnis, emiten media berpotensi terpapar katalis positif dari belanja iklan di tahun politik. Namun, emiten dengan fundamental sehat dan pangsa pasar atawa market share yang lebih kuat akan lebih diuntungkan untuk menghirup angin segar dari momentum tersebut.

"Jadi kalau kita komparasi, misalnya dengan SCMA dan MNCN, hasilnya tentu akan berbeda. Begitu juga dengan (segmen bisnis) lainnya, market share yang besar akan menangkap peluang lebih banyak," kata Praska.

Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham BSDE yang Menargetkan Marketing Sales Rp 8,8 Triliun

Secara umum, Praska melihat emiten consumer cyclicals berpotensi untuk tumbuh di tahun ini. Praska memperkirakan ada rotasi sektoral ketika aktivitas ekonomi kembali normal dan stabil.

"Tahun lalu dominan ke komoditas & energi. Masuk ke era normal, berpeluang alih ke sektor yang sifatnya lebih rutin, stabil dan ada momentum tertentu. Misalnya konsumen, industri, dan media," imbuh Praska.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menambahkan, emiten di bisnis ritel juga menarik dicermati. Katalisnya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) ada di level optimistis. Laju inflasi pun terjaga, sehingga bisa meningkatkan daya beli masyarakat membeli barang non-primer.

Di jajaran emiten ritel sektor consumer cyclicals, Ratih menjagokan saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). Rekomendasi untuk keduanya adalah buy on weakness.

Baca Juga: Indikator Profitabilitas Lebih Cepat, UBS dan CIMB Rekomendasi Beli Saham GOTO

Saran Ratih, pelaku pasar bisa masuk di area harga Rp 1.470 per saham-Rp 1.480 per saham untuk MAPI dengan target harga pada resistance Rp 1.650 per saham. Stoploss jika turun menembus support Rp 1.400.

Sedangkan untuk saham ACES bisa dikoleksi pada area harga Rp 520 per saham. Target harga ada pada resistance Rp 600 per saham. Pertimbangkan cutloss jika merosot hingga ke posisi harga Rp 500 per saham.

Ratih juga sepakat, menjelang tahun politik, emiten media menarik dilirik. Pelaku pasar bisa mempertimbangkan buy PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) pada harga Rp 222 per saham. Target ada di level Rp 240 per saham dan cutloss jika menembus level support Rp 210 per saham.

Baca Juga: Prospek MNCN Dipoles Movieland, Simak Rekomendasi Sahamnya

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya sepakat, prospek consumer cyclicals di tahun ini akan lebih cerah. Apalagi, dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun lalu juga tidak seburuk yang diperkirakan.

Terlihat dari penjualan ritel dan IKK yang mampu meningkat. Di sisi lain, saham-saham yang pada tahun lalu menjadi pemberat, seperti ACES dan SCMA, saat ini sudah berbalik positif sejak awal tahun.

Di sektor consumer cyclicals ini, Cheril turut menjagokan saham MAPI dengan target harga Rp 1.650 per saham. Selain itu, saham pilihan lainnya adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dengan target harga Rp 620 per saham dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dengan target harga Rp 1.550 per saham.

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo punya analisa serupa. Wisnu menyematkan rekomendasi buy on weakness untuk saham ACES. Kemudian trading buy untuk saham AUTO, SCMA, dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati