Prospek saham maskapai Asia masih buram



NEW YORK. Selain kampiun investasi, Warren Buffett juga jitu meramalkan masa depan industri. Investor kakap ini membuktikan ramalannya tentang masa depan industri maskapai.

Satu dekade lalu, Buffett meneropong bahwa saham industri penerbangan global bakal terperosok. Kala itu, Buffett mengaku telah salah berinvestasi pada saham US Airways Group Inc senilai US$ 358 juta. 

Prediksi Buffett menjadi kenyataan, termasuk nasib initial public offering (IPO) emiten maskapai udara di Asia. Penelusuran Bloomberg, harga saham maskapai Asia terperosok jauh di bawah harga penawaran saham perdana. 


Kinerja buruk saham maskapai dialami enam dari total 10 maskapai yang melantai di bursa saham selama lima tahun terakhir. Rata-rata 10 saham maskapai itu telah terkoreksi 12% dari harga IPO. 

Secara total, 10 saham maskapai Asia kehilangan kapitalisasi pasar sebesar US$ 1,8 miliar pada tahun lalu. Prospek saham maskapai Asia juga akan memburuk.

Tetap tumbuh Harga saham Bangkok Airways Co, sebagai contoh. Saham  Bangkok Airways yang baru listing di bursa saham Thailand akhir bulan lalu, terkoreksi ke level THB 23,80  per saham, dari posisi THB 25 per saham pada hari perdana perdagangan. “Kompetisi di industri penerbangan sangat ketat," ujar Alan Richardson, Analis Samsung Asset Management, seperti dikutip Bloomberg, Senin (3/11). 

Sejatinya, trafik penumpang maskapai Asia mendaki lantaran pertumbuhan kaum kelas menengah yang lebih sering pergi berlibur. Tapi, kenaikan penumpang ini dibarengi dengan perang tarif tiket maskapai udara.

Dus, perang tarif ini membuat maskapai kesulitan membukukan untung. Kondisi ini kontras dengan pasar penerbangan Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang telah berkonsolidasi sehingga hanya ada sejumlah maskapai.

Selera produsen pesawat berbeda dengan pelaku pasar saham. Hitungan Boeing Co, trafik penerbangan Asia pada 20 tahun mendatang akan melibatkan 12.820 kali penerbangan atau 36% dari total penerbangan dunia. "Permintaan pesawat diperkirakan mencapai 11.000 unit pada 20 tahun lagi," ujar Randy Tinseth, Direktur Pemasaran Boeing.

Pada periode tersebut, pembelian pesawat oleh China akan menyumbang 40% dari total permintaan pasar Asia yang mencapai US$ 1,9 triliun. Produsen pesawat ini memperkirakan, sekitar 70% permintaan terdiri dari pesawat berlorong tunggal. Permintaan pesawat berbadan lebar seri 777 akan menghasilkan penjualan sekitar US$ 1,16 triliun.    

Editor: Sanny Cicilia