KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pariwisata Indonesia tengah bergairah. Pasalnya, pemerintahan Presiden Joko Widodo serius menggarap sektor ini. Nah, tahun ini ada beberapa agenda internasional yang bisa jadi katalis positif bagi emiten sektor pariwisata, yakni Asian Games di Jakarta dan Palembang, serta pertemuan IMF di Bali. Sentimen ini bisa berimbas pada emiten yang bergerak di sektor pariwisata, seperti PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR), PT Bayu Buana Tbk (BAYU) dan PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT). Emiten-emiten ini juga punya fundamental yang cukup baik untuk menunjang kinerjanya. PANR misalnya mencetak laba Rp 4,35 miliar pada 2017. Padahal, tahun sebelumnya sempat merugi Rp 16,6 miliar.
"Secara pendapatan, PANR menurun, tapi labanya naik karena disumbang oleh pendapatan anak usahanya WEHA (PT WEHA Transportasi Tbk) yang bergerak di transportasi," kata Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas kepada KONTAN, Kamis (5/4). Kevin menambahkan, bisnis jasa sewa transportasi cukup menjanjikan dalam agenda-agenda internasional dan kenegaraan. Diversifikasi bisnis anak usaha bisa mendongkrak kinerja emiten yang bergerak di sektor pariwisata. PANR juga cukup ekspansif dalam membentuk anak usaha baru. Pada 18 Oktober 2017, PANR membentuk anak usaha baru PT Mitra Global Kapital. Namun, kinerja harga saham PANR tak berbanding lurus dengan pencapaian labanya. Harga saham PANR turun 27,01%
year on year (yoy) dan terpangkas 9,09% secara
year to date (ytd). Pad perdagangan Kamis (5/4), saham PANR ditutup di level Rp 500. Sementara, bagi BAYU, agenda kenegaraan seperti Asian Games dan pertemuan IMF punya kontribusi kecil. Agustinus Pake seko, CEO BAYU bilang, portofolio terbesarnya pasar
business to business (B2B) alias korporasi. Demi menunjang pertumbuhan bisnisnya, BAYU lebih memilih mendiversifikasi bisnis daripada mengandalkan agenda yang siklusnya tak datang secara rutin. "Sekarang kami sudah punya
subsidiary company yang bergerak di bidang umrah," kata Agustinus. Kinerja BAYU sepanjang tahun lalu naik 17,39% dari 27,26 miliar menjadi Rp 32 miliar. Pertumbuhan ini ditopang oleh pengembangan produk dan penetrasi pasar. Tahun ini, BAYU akan berekspansi dengan mengembangkan jaringan atawa cabang dan mengadopsi teknologi. Adapun kinerja sahamnya naik 39,29% ytd dan 124,14% yoy. Pada Kamis (5/4), saham BAYU berada di angka Rp 1.950. Selain BAYU dan PANR, PSKT yang bergerak di industri perhotelan juga tak banyak volatilitas. Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital menilai, sejatinya bisnis pariwisata di Indonesia punya prospek cerah. Namun, investor harus melihat likuiditas saham emiten seperti PANR, BAYU dan PSKT.
"Saham-saham ini belum punya tren kenaikan yang stabil dan capaian kinerja keuangan yang konsisten," kata Alfred. Menurut Kevin, di antara ketiga saham ini, hanya PANR yang masih cukup likuid diperdagangkan. Hanya, ia tak menyarankan investor mendekap saham PANR dalam jangka panjang. "Secara bisnis, sektor pariwisata ini tergantung dengan siklus dan tren, jadi masih aman jika simpan dalam jangka satu semester," paparnya. Kevin merekomendasikan
buy saham PANR dengan target harga Rp 625 dan support di level Rp 480. Sementara untuk PSKT dan BAYU, Kevin menyarankan posisi
sell. “Karena kedua saham ini tidak banyak bergerak,” imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini