Prospek saham perbankan BUKU II dan BUKU III masih penuh rintangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek saham perbankan masih memiliki banyak tantangan sejalan dengan ketidakpastian kondisi ekonomi akibat Covid-19. Tantangan ini melanda seluruh segmen bank, termasuk Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III dan BUKU II.

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi perbankan lapis dua ini. Mulai dari perlambatan kredit, potensi terkereknya kredit macet alias non performing loan (NPL), serta lebih sulit menarik dana pihak ketiga (DPK). "Dan tentu ruang gerak kelompok bank ini tidak selebar BUKU IV karena modal yang lebih kecil," kata Zamzami, Senin (13/7).

Seperti diketahui, bank BUKU IV mempunyai modal tertinggi ketimbang dengan bank BUKU yang lain yakni dengan modal inti di atas Rp 30 triliun. Sementara bank BUKU III dengan modal inti kurang dari Rp 30 triliun, bank BUKU II dengan modal inti kurang dari Rp 5 triliun, dan bank BUKU I memiliki modal inti kurang dari Rp 1 triliun.


Baca Juga: Ingin Bank Mayapada (MAYA) tetap eksis, berbagai upaya ditempuh pemegang saham

Zamzami menjelaskan, kemampuan bank lapis kedua untuk mengumpulkan dana murah alias current account and saving account (CASA) juga terbatas karena didominasi oleh BUKU IV yang memiliki basis nasabah lebih besar. "Dalam landscape perbankan Indonesia dominasi Bank BUKU IV memang terjadi. seperti dominasi market share di CASA, rendahnya cost of funds dibanding kelompok BUKU lain, dan pertumbuhan kredit lebih tinggi," papar dia.

Guna mempertahankan kinerja, perbankan yang masuk daftar BUKU II dan BUKU III dapat lebih selektif dalam mengucurkan pinjaman, restrukturisasi kredit untuk memperbaiki kualitas aset, serta meningkatkan fee based income atau pendapatan berbasis komisi.

Lebih lanjut ia bilang, dilihat dari rasio price to book value (PBV) atau rasio harga terhadap nilai buku, beberapa bank BUKU III dan BUKU II terbilang murah karena berada di lebih dari -1 standard deviasi dari rata-rata PBV 5 tahun.

Baca Juga: Bos BCA jual saham perusahaan, lalu masuk ke keranjang investasi ini

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia juga menyampaikan hal senada. Catherina menuturkan, prospek saham bank BUKU II dan BUKU II lebih riskan ketimbang bank BUKU IV karena kebanyakan usaha mikro kecil menengah (UMKM) memilih bank tersebut atas kemudahan kredit.

"Namun, sejak adanya pandemi dan restrukturisasi utang tentunya bank BUKU II dan BUKU III likuiditasnya tidak sebesar bank BUKU IV," tambahnya. Oleh karena itu, Catherina belum merekomendasikan saham-saham perbankan.

Baca Juga: Pangsa pasar bank kecil tidak sampai 12%, begini kata bankir

Dari jajaran bank BUKU II dan BUKU III, dia memandang saham PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) cukup prospektif. Menurut dia, BJBR memiliki target pasar di daerah yang besar dan berpotensi berkembang pesat di Jawa Barat dan Banten. "Selain itu, BJBR memiliki potensi penempatan dana pemerintah," ujar Zamzami.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal pertama tahun ini, BJBR mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 417,62 miliar pada Q1 2020 atau turun tipis dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 420,79 miliar. Adapun pendapatan bunga bersih selama kuartal pertama tahun 2020 senilai Rp 1,49 triliun.

Di lain sisi, risiko terkait kualitas aset BJBR dan rencana terkait penggabungan dengan PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) masih menjadi perhatian pasar. Saat ini PBV BJBR tercatat 0.85 kali, sementara dalam 1-2 tahun rata-rata dihargai 1,1 kali hingga 1,3 kali.

Baca Juga: Ada harapan pemulihan ekonomi, dana asing masuk Rp 201 miliar ke pasar saham domestik

Zamzami memasang target Rp 1.220 hingga Rp 1.450 untuk saham BJBR. Pada penutupan perdagangan Senin (13/7), harga saham BJBR ditutup menguat hingga 7,39% ke harga Rp 945 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati