KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mencatatkan kinerja kurang memuaskan pada kuartal I-2020, PT United Tractors Tbk (
UNTR) diperkirakan masih akan menghadapi tahun yang sulit. Pandemi virus corona yang belum menunjukkan tanda-tanda membaik menyebabkan UNTR berniat merevisi target operasional. Tapi, emiten alatb berat ini mengaku belum bisa memperkirakan berapa besar persentase perubahan tersebut. Hanya saja dipastikan target awal semula akan berubah. Tak hanya dari target operasional, pihak UNTR juga mengatakan alokasi belanja modal atau
capital expenditures (capex) akan lebih rendah daripada target semula.
Baca Juga: Corona belum reda, penjualan alat berat United Tractors (UNTR) diproyeksi tetap lesu Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan mengungkapkan katalis negatif masih akan cenderung menghambat kinerja UNTR pada sisa tahun ini. Katalis tersebut mulai dari permintaan terhadap batubara yang masih akan rendah hingga kuartal III-2020 mendatang imbas dari pandemi virus corona. “Ditambah lagi, kondisi saat ini juga membuat aktivitas bisnis sektor pertambangan dan agrikultur menjadi lebih rendah sehingga memengaruhi penjualan Komatsu. Ditambah lagi adanya potensi kerugian kurs yang lebih tinggi pada akhir tahun ini,” ujar Meilki kepada Kontan.co.id, Kamis (18/6).
Baca Juga: IHSG anjlok 1,25% ke 4.925 setelah BI menurunkan suku bunga acuan pada Kamis (18/6) Analis Valbury Sekuritas Indonesia Budi Rustanto dalam risetnya pada 4 Mei 2020 juga menyebut harga batubara dan potensi kerugian kurs merupakan katalis negatif UNTR pada sisa tahun ini. Kendati demikian, Budi juga melihat outlook UNTR ke depan juga masih cukup baik. “Kontraktor pertambangan, tambang batu bara dan emas, dan konstruksi secara umum masih punya kinerja moderat. Selain itu, UNTR juga punya neraca yang kuat dan manajemen keuangan yang baik,” tulis Budi dalam riset.
Baca Juga: Saham blue chips sektor consumers dan telekomunikasi bisa jadi pilihan saat pandemi Sementara itu, analis Indo Premier Sekuritas Timothy Henderson dalam risetnya pada 20 Mei menuliskan prospek UNTR ke depan masih akan menantang. Terlebih di tengah tren penurunan harga batubara Newcastle di kisaran US$ 50 per ton-US$ 55 per ton dan permintaan batubara yang cenderung masih melambat.
Lebih lanjut Timothy memperkirakan pendapatan UNTR tahun ini akan mencapai Rp 78,7 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 9,8 triliun. Sedangkan Meilki optimistis bahwa UNTR akan mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 75,1 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 7,2 triliun. “Kami percaya bisnis pertambangan emas akan menjadi pendorong untuk menjaga kinerja UNTR sesuai dengan ekspektasi kami hingga akhir 2020,” pungkas Meilki.
Baca Juga: United Tractors bagikan dividen final Rp 805 per saham, berikut jadwalnya Oleh sebab itu, Meilki merekomendasikan untuk beli saham UNTR dengan target harga sebesar Rp 19.000 per sebelumnya. Sementara Timothy dan Budi juga sama-sama merekomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp 21.100 dan Rp 21.000 per saham. Adapun pada Kamis (18/6) harga saham
UNTR turun 0,28% ke Rp 17.650 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati