KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek positif bisnis makanan dan minuman di Indonesia bisa menjadi peluang bagi emiten untuk menangguk untung. Director,
Head of Investment Banking PT Indo Premier Sekuritas Rayendra L. Tobing menilai, pangsa pasar bisnis tersebut sangat potensial seiring pertumbuhan populasi dan daya beli penduduk kelas menengah di Indonesia. Karenanya, emiten di sektor makanan minuman diperkirakan masih bakal tumbuh prospektif seiring pertumbuhan permintaan dan daya beli masyarakat.
Salah satu perusahaan makanan dan minuman, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) siap melakukan penawaran umum saham perdana atau
Initial Public Offering (IPO) pertengahan Oktober 2018. Perusahaan makanan dan minuman ini, rencananya bakal melepas saham baru sebesar 10,34% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. “Industri makanan dan minuman sangat menarik dan prospektif. Dengan kelas menengah terdidik dan daya beli yang terus menguat, hal itu akan menguntungkan Garudafood sebagai pemain utama di industri ini,” jelas Rayendra dalam pernyataan resmi, Kamis (30/8). Direktur Garudafood Paulus Tedjosutikno mengatakan, secara fundamental bisnis Perseroan sangat solid. Selama periode empat bulan hingga April 2018, penjualan tercatat naik 13,6% menjadi Rp 2,9 triliun dari Rp 2,6 triliun untuk periode yang sama pada 2017. Sementara, laba bersih perusahaan juga tumbuh 215% menjadi Rp 216,4 miliar selama periode empat bulan hingga April 2018 dibandingkan periode yang sama di tahun 2017 sebesar Rp 68,7 miliar. Total aset Garudafood per 30 April 2018 tercatat Rp 4,4 triliun atau tumbuh 22,6% dibandingkan posisi per 31 Desember 2017 sebesar Rp 3,6 triliun. “Komitmen kami adalah menjaga keberlangsungan bisnis perseroan melalui inovasi dan ekspansi bisnis yang terukur dan prudent. Kami berharap kehadiran Garudafood akan akan menjadikan pasar saham Indonesia semakin menjadi magnet para investor,” tandas Paulus.
Catatan saja, Nielsen, perusahaan riset global mencatat pada kuartal I-2018, kuantitas pasar makanan ringan (
snack) di Indonesia tumbuh 8%, sedangkan khusus untuk pasar biskuit tumbuh 5%. Membaiknya prospek bisnis makanan dan minuman ini juga didukung oleh perekonomian Indonesia yang rata-rata tumbuh lebih dari 5% setiap tahun selama periode 2012-2017. Dengan fundamental ekonomi yang kuat, populasi masyarakat kelas menengah di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat dan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi. Ditambah lagi, WorldBank memperkirakan saat ini setidaknya terdapat 52 juta orang masuk dalam kelas menengah dan berkontribusi pada 43% dari total konsumsi rumah tangga di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi