Prospek suram Eropa turut menekan emas



JAKARTA. Penurunan peringkat enam negara Eropa menekan harga logam mulia. Harga emas untuk pengiriman April 2012 di bursa New York, Selasa (14/2), menyusut 0,20% menjadi US$ 1.721,40 per ons troi. Ini merupakan posisi terendah harga emas selama dua pekan terakhir.

Begitu lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service memangkas peringkat enam negara Uni Eropa, pemilik modal langsung memburu dollar Amerika Serikat (AS). Investor menganggap dollar AS satu-satunya aset safe haven pilihan, ketimbang emas, di saat situasi pasar labil.

Mengacu ke kondisi krisis Eropa yang masih jauh dari penyelesaian, Moody\'s memangkas peringkat utang Italia, Spanyol, Portugal, Slovakia, Slovenia, dan Malta. Moody's juga merevisi outlook peringkat Inggris dan Prancis menjadi negatif. Ini menyebabkan nilai tukar euro jatuh terhadap dolar AS selama tiga hari berturut-turut.


Harga mayoritas komoditas seperti minyak dan tembaga ikut tumbang. "Pemotongan rating ini negatif bagi pasar dan akan mendorong permintaan terhadap dolar AS," ujar Wei Chisan, analis Shanghai Metals Market, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Kondisi tersebut tentu menekan harga emas, yang pergerakannya selalu berlawanan dengan arah dollar AS. Namun, menurut Chisan, tak sedikit investor yang membidik emas ketika harganya jatuh. Alhasil, pelemahan harga logam mulia ini diprediksi tidak terlalu tajam.

Apelles Rizal T. Kawengian, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Produk Monex Investindo, melihat harga emas dalam jangka pendek masih akan mengalami koreksi.

Tren melemah

Secara teknikal, harga emas masih dalam tren melemah karena penguatan dolar AS. "Jika dilihat dari indikator Moving Average, harga sudah di bawah harga rata-rata harian, ini merupakan sinyal penurunan," ungkap Apelles.

Menurut dia, level support emas berada di harga US$ 1.700 per ons troi. Jika jatuh di bawah level itu, emas bisa turun menuju U$ 1.685 per ons troi. "Sedang resistance berada di US$ 1.750. Tapi saya kira cukup berat untuk menembusnya dalam waktu dekat," tambah dia.

Pelaku pasar juga menunggu pertemuan menteri keuangan zona euro, yang membahas implementasi bailout kedua Yunani. "Saya melihat pasar masih pesimistis dengan Yunani, makanya euro cenderung melemah," ujar Apelles.

Kondisi ini berefek ke penguatan dollar AS. Apalagi jika rilis data ekonomi terbaru AS positif. "Ekspektasinya akan positif," ujar Apelles.

Analis Nine Star Futures, Iwan Cahyo, melihat penurunan harga emas hanya sementara. "Malah bisa jadi momentum untuk mendorong pembelian emas," ujar dia. Laju harga emas dalam dua tiga pekan mendatang diperkirakan masih sideways. "Saya memprediksi harga emas di level US$ 1.680 hingga US$ 1.730," ucap Iwan.

Emas sejatinya masih merupakan pilihan instrumen tepat untuk menghadapi krisis ekonomi maupun tekanan inflasi. "Untuk jangka panjang, walau range pergerakannya agak terbatas, emas masih bagus untuk dipegang," kata Iwan.

Ada beberapa faktor yang berpotensi mengerek harga emas dalam beberapa waktu ke depan. Di China, misalnya, bank sentral setempat sudah mulai membeli emas untuk cadangan devisa. India, yang juga negara pengguna emas terbesar, akan berlangsung upacara keagamaan yang banyak memakai emas. "Kondisi dolar AS juga belum terlalu bagus, meski masih lebih baik ketimbang euro dan poundsterling," tambah Iwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini