Prospek TINS 2026 Cerah Ditopang Harga Timah dan Penertiban Tambang Ilegal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tekanan pada sisi produksi dan pendapatan masih membayangi, lonjakan laba bersih PT Timah Tbk (TINS) pada kuartal III-2025 menjadi sinyal awal perbaikan kinerja emiten timah pelat merah ini.

Diketahui, TINS membukukan laba bersih sebesar Rp 602 miliar per kuartal III-2025, atau melonjak dua kali lipat dibandingkan laba bersih semester I-2025 yang sebesar Rp 300 miliar.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menilai penopang kinerja TINS pada periode ini adalah kenaikan harga timah global dan kenaikan volume penjualan.


Saat ini prospek harga timah sedang kondusif. Bank-bank investasi global memperkirakan harga timah akan menguat menuju US$ 50.000 per ton hingga 2026, didorong oleh pemulihan permintaan siklikal dan berlanjutnya keterbatasan pasokan di Indonesia dan Myanmar.

Sebelumnya, Pemerintah juga telah menyerahkan enam smelter hasil rampasan negara dari kasus korupsi tata kelola timah senilai Rp 300 triliun.

Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Menjadi Rp 2.605.000 per Gram pada Sabtu (27/12)

Aset tersebut diserahkan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) kepada Kementerian Keuangan, kemudian diteruskan kepada PT Timah Tbk selaku BUMN yang akan mengelola seluruh fasilitas tersebut.

Kata Indy, optimalisasi smelter yang dilakukan oleh TINS juga turut menyongsong kinerja.

"Ekspansi ini memang menjadi sentimen positif untuk profitabilitas TINS juga terutama jika memang demand untuk EV dan elektronik masih tinggi seperti ekspor di China," ujar Indy kepada Kontan, Kamis (26/12/2025).

Tetapi sebaliknya, dicatat pendapatan TINS menyusut 20% yoy menjadi Rp 6,61 triliun dari sebelumnya yang mencapai Rp 8,25 triliun.

Produksi bijih timah TINS merosot 20% yoy menjadi 12.197 ton Sn hingga kuartal III-2025. Pada saat yang sama, produksi logam timah TINS ikut terkoreksi 25% yoy menjadi 10.855 metrik ton. Penjualan logam timah TINS juga berkurang 30% yoy menjadi 9.469 metrik ton.

Tetapi, manajemen TINS sudah merumuskan target kinerja pada 2026 mendatang. Meski belum diungkap resmi, secara historis produksi timah yang tertera dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) TINS berada di kisaran 30.000 metrik ton per tahun. Rencana ini naik sekitar 40% dibandingkan target 21,5 ribu ton pada 2025.

Pada Oktober 2025, Pemerintah menutup sekitar 1.000 lokasi tambang ilegal di Bangka Belitung, wilayah penghasil timah utama di Indonesia.

Harry Su Managing Director Research dan Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia menyebut, target ini masih punya peluang untuk terealisasi. 

"Asalkan upaya Pemerintah dalam membasmi aktivitas tambang illegal di Bangka-Belitung dapat berjalan sesuai target," ujar Harry kepada Kontan, Rabu (24/12/2025).

Dengan begitu, produksi run-rate akan dengan mudah untuk mencapai level 3.000 ton per bulan. Sehingga, lanjut Harry, target dapat dicapai.

Mengingat permintaan kuat dari sektor energi surya, pusat data, dan elektronik telah menjadikan timah sebagai salah satu logam dasar dengan kinerja terbaik tahun ini, didukung oleh posisi investor yang semakin bullish.

Dengan begitu, Indy memproyeksi kinerja TINS pasa tahun 2026 masih akan relatif stabil dari sisi penjualan dan profitabilitas. 

Sementara Harry memproyeksi pendapatan TINS full year 2025 akan turun ke level Rp 8,9 triliun atau menurun 17.6% YoY dan laba bersih turun ke level Rp 909 miliar atau menurun 23.4% YoY akibat export halt yang terjadi pada pertengahan 2025. 

Namun, Harry memproyeksikan pendapatan di 2026 dapat tumbuh ke level Rp 20,1 triliun atau naik 125,5% YoY dan laba bersih tumbuh mencapai IDR 2,5 triliun atau naik 176,4% YoY didorong oleh upaya pemulihan tambang illegal dan solidnya harga timah dunia.

Indy merekomendasikan investor untuk mencermati saham TINS dengan target harga Rp 4.000 per saham dalam jangka panjang. Pun Harry juga merekomendasikan beli saham TINS dengan target harga Rp 5.000 per saham.

Baca Juga: Wall Street Bergerak Tipis di Tengah Keyakinan Pemangkasan Suku Bunga pada 2026

Selanjutnya: Tekan MoU dengan Timor Leste, Bobibos Siap Produksi Massal Awal Tahun Depan

Menarik Dibaca: 6 Mitos Tentang Diabetes, Benarkah Penderita Diabetes Tidak Boleh Makan Manis?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News