KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah katalis diyakini masih menjadi pendorong kinerja PT Vale Indonesia Tbk (
INCO). Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan memberikan rekomendasi
buy saham INCO dengan target harga Rp 7.100. Panin Sekuritas masih mempertahankan outlook positif untuk INCO yang didukung oleh sejumlah faktor.
Pertama, potensi peningkatan produksi seiring selesainya pembangunan kembali tanur (furnace) 4.
Kedua, pembangunan pabrik pengolahan alias smelter yang masih
on-track. Ketiga, neraca yang kuat dengan posisi net cash.
Asal tahu, produksi nikel dalam matte Vale Indonesia mengalami kenaikan sepanjang kuartal pertama 2023. INCO telah memproduksi 16.769 metrik ton nikel dalam matte pada triwulan pertama tahun 2023. Realisasi ini lebih tinggi 21% dibandingkan dengan produksi pada kuartal pertama 2022 yang hanya 13.827 ton nikel matte. Produksi pada kuartal pertama 2023 juga naik 4% dari produksi pada kuartal keempat 2022 yang sebesar 16.769 ton.
Baca Juga: Volume Produksi Nikel Vale Indonesia (INCO) Naik 21% pada Kuartal I-2023 Felix memperkirakan, produksi nikel matte INCO tahun ini akan mengalami normalisasi dan naik ke level 70.000 ribu ton. Sebagai perbandingan, tahun lalu INCO memproduksi 60.090 metrik ton nikel dalam matte, turun 8,1% dari produksi tahun 2021 yang mencapai 65.388 metrik ton. Penurunan ini disebabkan oleh adanya pelaksanaan proyek pembangunan kembali Tanur 4 pada paruh pertama 2022. Felix melihat, harga nikel dapat bertahan di kisaran US$ 25.000 per ton pada tahun ini, dari harga rata-rata 2022 di level sekitar US$ 24.000 per ton. Prospek harga nikel dipoles seiring dengan re-opening (pembukaan Kembali) ekonomi China yang merupakan konsumen nikel terbesar di dunia. Proyek strategis INCO jiga terus berlanjut. Hingga akhir tahun 2022 lalu, perkembangan pembangunan smelter Bahodopi yang berkapasitas 73.000 ton (dengan kepemilikan INCO 49%) sudah memasuki tahap groundbreaking pada Februari 2023, lalu serta site levelling untuk pembangkit listrik dan ditargetkan dapat berproduksi pada 2026. Kemudian untuk smelter Pomalaa dengan kapasitas 120.000 ton (dengan kepemilikan INCO 30%), sedang memasuki tahap persiapan lahan dan AMDAL setelah menggandeng Huayou dan Ford yang ditargetkan
commercial on date (COD) pada 2026.
Terakhir, untuk High-Pressure Acid Leach (HPAL) Sorowako dengan tingkat produksi 60.000 ton (dengan kepemilikan INCO 30%) sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Huayou. Di sisi lain, penurunan harga komoditas energi juga bisa memberi dampak positif terhadap kinerja Vale Indonesia. “Kami melihat seiring dengan melandainya harga minyak mentah dan batubara global, dapat menurunkan biaya produksi INCO di 2023,” kata Felix. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari