Protokol bilateral belum efektif



JAKARTA. Pemerintah tidak puas dengan pelaksanaan hasil protokol bilateral antara Indonesia dan China menyangkut ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) di Yogyakarta tahun lalu. Karena itu, pemerintah Indonesia akan menggelar pertemuan bilateral dengan China.

Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, pertemuan ini tak hanya melibatkan Kementerian Perdagangan, tapi juga kementerian lain. "Pertemuan di Yogyakarta itu tampaknya tidak begitu efektif berjalan di level Menteri Perdagangan," kata Hatta di sela-sela Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, Kamis (28/4).

Hatta melihat, perlu ada semacam suatu pertemuan rutin antara Kementerian Indonesia dan Kementerian China membahas perdagangan kedua negara. Bentuknya bisa semacam satu joint ministrial meeting. Cara ini sudah diterapkan dengan Korea dan Jepang.


Harapannya, cara ini akan lebih efektif memantau pelaksanaannya dan menteri yang terlibat tidak hanya Menteri Perdagangan. "Ada Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian dan yang berkaitan dengan industri kita," jelasnya.

Pertemuan ini penting guna membicarakan keseimbangan neraca perdagangan antara China dan Indonesia. "Jadi tidak hanya sekedar meningkatkan ekonomi. Kalau tidak balance protokolnya harus jelas," paparnya.

Protokol bilateral Indonesia-China pada 3 April 2010 membuahkan beberapa kesepakatan. Kedua pihak sepakat menjalankan komitmen penguatan perdagangan, melaksanakan ACFTA, dan mengupayakan keseimbangan neraca perdagangan. Keduanya juga membentuk kelompok kerja, mendukung pendanaan kredit dan pinjaman lunak bagi sektor-sektor yang menjadi perhatian, mendukung pengembangan infrastruktur dan mendorong dialog bisnis sektor prioritas.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengaku akan mengevaluasi kesepakatan bilateral itu dengan Perdana Menteri China Wen Jiabao ke Indonesia. "Iya, kami akan mengevaluasi hasil pertemuan di Yogyakarta," katanya.

Meski demikian, evaluasi itu bersifat strategis bukan teknis. Salah satunya dengan menandatangani bilateral agreement antara Menteri Perdagangan Indonesia dengan China. "Dalam hal ini memperkuat dan mengurangi hal negatif yang ada. Misal kalau ada masalah bagaimana ditindak lanjuti," katanya.

Mari berharap nanti akan ada target baru khususnya nilai perdagangan. "Tahun lalu targetnya US$ 50 miliar, sekaran sudah US$ 36 miliar. Jadi akan ditingkatkan karena mungkin tercapai sebelum waktunya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini