Protokol kesehatan dan sistem buble wajib diterapkan di ajang PON 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah masa pandemi Covid-19, Indonesia masih berkesempatan menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 di Papua. Ancaman timbulnya klaster penyebaran Covid-19 dari ajang olahraga tersebut patut menjadi perhatian berbagai pihak terkait.

Sebenarnya, pemerintah bukannya tanpa upaya untuk mencegah penularan Covid-19 saat PON 2021 berlangsung. Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Imendagri) No 46 Tahun 2021 yang berlaku sampai 15 Oktober 2021. Imendagri tersebut mengatur penegakan protokol kesehatan selama pelaksanaan PON 2021 Papua.

Ada beberapa aturan protokol kesehatan yang cukup krusial dalam PON 2021. Di antaranya adalah kewajiban vaksinasi bagi seluruh atlet, ofisial, panitia, penonton, hingga masyarakat sekitar venue. Saat pertandingan PON, terdapat pembatasan jumlah penonton pada semua venue yakni maksimal 25% dari total kapasitas.


Selain itu, aplikasi PeduliLindungi juga digunakan untuk screening tiap orang yang masuk ke dalam venue. Penonton pun wajib menunjukkan hasil negatif tes PCR selama 2x24 jam atau tes antigen selama 1x24 jam menjelang masuk ke dalam venue.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi membenarkan bahwa sudah ada standar operasional prosedur (SOP) terkait protokol kesehatan selama penyelenggaraan PON 2021 di Papua. Dengan begitu, diharapkan PON 2021 tidak akan menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Ia juga menekankan, ada sistem buble yang diterapkan pada PON tahun ini. Dengan sistem tersebut, para atlet dan ofisial benar-benar dibatasi pergerakan atau mobilitasnya selama berada di Papua. Mereka hanya berpergian dari hotel atau tempat menginap menuju venue atau stadion, begitu pula sebaliknya.

Baca Juga: Perketat protokol kesehatan untuk mengantisipasi gelombang baru Covid-19

“Ada sistem buble yang diterapkan, termasuk kewajiban karantina selama lima hari sebelum atlet pulang,” ujar Siti, Senin (11/10).

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, penerapan sistem buble yang ketat wajib dilakukan agar para atlet dan ofisial benar-benar beraktivitas di satu tempat saja. Adanya sistem buble juga dapat meminimalisasi kontak dengan orang-orang luar yang belum tentu terbebas dari virus Covid-19.

Untuk memastikan sistem buble ini berjalan lancar, diperlukan pula beberapa relawan yang akan membantu penyediaan logistik hingga makanan mengingat para atlet atau ofisial tidak bisa leluasa bepergian. Para relawan ini juga patutnya menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat agar terhindar dari bahaya Covid-19.

Selain itu, penerapan 3T yang ketat sangat penting saat PON 2021 berlangsung mengingat ajang tersebut jelas-jelas tetap mengundang banyak penonton sekalipun kapasitas tempat duduknya telah dibatasi. Hal ini juga dilakukan agar tidak ada kasus kecolongan atau kasus positif Covid-19 yang telat terdeteksi.

“3T ini sangat penting, karena kalau kasus Covid-19 dari PON menyebar ke populasi sekitar akan sangat bahaya,” imbuh Dicky.

Ia juga menilai, sudah semestinya para atlet dan ofisial yang hendak kembali ke provinsi asal untuk melakukan karantina mandiri terlebih dahulu setidaknya 5 hari demi mencegah timbulnya klaster. Di hari terakhir, mereka diwajibkan melakukan tes Covid-19 sebelum benar-benar pulang ke tempatnya masing-masing.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Di tempat-tempat ini Anda bisa tertular virus corona, jangan lengah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .