Provisi meningkat, laba BBCA tergerus



JAKARTA. Pertumbuhan laba bersih PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di kuartal pertama tahun ini terbilang medioker di antara saham perbankan. Laba BBCA meningkat tipis 4,4% year-on-year menjadi Rp 2,02 triliun. Sedang pendapatan meningkat 10,6% menjadi Rp 7,37 triliun.

Nilai pencadangan yang disisihkan bank beraset terbesar ketiga di Indonesia ini meningkat 6,7% year-on-year menjadi Rp 390,2 miliar

Salah satunya penyebabnya, naiknya kredit tidak tersalur atau undisbursed loan menjadi 32% dari total kredit Rp 150,3 triliun. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50/55, bank wajib mencadangkan 1% untuk undisbursed loan.


"Selain itu, rasio pencadangan terhadap kredit bermasalah BBCA 390%, merupakan tertinggi di antara lima bank terbesar di Indonesia," kata Robby Hafil, Analis Sucorinvest Central Gani, Kamis (5/5). Rasio pencadangan bank lain rata-rata 150%-200%.

Robby menghitung, pertumbuhan laba BBCA sebelum dikurangi provisi sebenarnya cukup besar, sekitar 23%.

Kredit konsumer

Dari total portofolio kredit BBCA di kuartal pertama, kredit konsumer bertumbuh paling pesat, 36,2% year-on-year menjadi Rp 38,7 triliun. Berikutnya, kredit usaha kecil dan menengah (UKM) dan komersial yang tumbuh 27,9% menjadi Rp 59,5 triliun. Lalu, kredit korporasi tumbuh 14,1% menjadi Rp 52,1 triliun.

Di kelompok kredit konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh paling besar 41,8%. Kredit kendaraan bermotor (KKB) tumbuh 34,6% sedangkan kartu kredit tumbuh 21,3%.

Robby memprediksi, kredit konsumer, terutama KPR, masih menjadi andalan BBCA untuk memperbesar kredit. Ini ditopang pertumbuhan ekonomi dan bangkitnya perekonomian kelas menengah.

Menurut Robby, keunggulan BBCA adalah biaya dana atau cost of fund yang relatif kecil hingga bisa memberi bunga KPR lebih rendah. "Kalau giro lebih besar dari deposito, cost of fund bisa lebih kecil lagi," kata Robby.

Proyeksi Robby, BBCA bisa meraih laba bersih Rp 9,16 triliun di akhir tahun, meningkat dari Rp 8,48 triliun di tahun lalu. Sedangkan pendapatan bunga bersih diprediksi meningkat dari Rp 12,94 triliun menjadi Rp 16,42 triliun.

Target harga BBCA versi Robby merefleksikan price to book value (PBV) 4,1 kali-4,7 kali dan price to earning (PE) 20,3 kali-17,5 kali.

Analis OSK Nusadana Securities, Rocky Indrawan juga melihat, BBCA unggul di penyaluran KPR dan KKB. Proyeksi dia, pendapatan bunga bersih dan laba bersih BBCA masing-masing bisa tumbuh menjadi Rp 16,02 triliun dan Rp 9,21 triliun tahun ini. Target harga mencerminkan earning per share (EPS) 19,3 kali dan book value per share (BVPS) 4,5 kali.

Analis J. P. Morgan Securities, Aditya Srinath juga berpendapat, biaya dana BBCA yang lebih murah menjadi pendorong kenaikan margin bunga. Berdasarkan perhitungannya, PBV BBCA sebesar 4,7 kali.

Robby merekomendasikan hold BBCA dengan target harga Rp 7.600. Rocky menyarankan buy dengan target harga Rp 7.300. Aditya memberi overweight, dengan target harga Rp 7.600. Harga BBCA, Kamis (5/5) turun 2,72% menjadi Rp 7.150 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie