Proyek 35 GW PLTU Tetap Jalan, Intip Realisasinya Terkini



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Mega Proyek 35.000 MW atau 35 GW pembangkit batubara masih bergulir dengan menyesuaikan permintaan dan perkembangan sistem kelistrikan nasional. 

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P Hutajulu menjelaskan,  sebesar 10 GW pembangkit dalam program 35 GW PLTU sudah digabungkan di dalam RUPTL dan dihitung permintaannya. Sehingga jadilah RUPTL 2021-2030 yang memuat beberapa penyesuaian karena adanya penurunan beban listrik akibat pandemi Covid-19. 

“Setelah dicocokan, ada sejumlah pembangkit dari 35 GW yang terakhir (akan COD) di 2028. Memang ada yang kita tunda supaya sistem yang menentukan, sistem kelistrikan kan berkembang,” ujarnya ditemui usai konferensi pers di Gedung Ditjen Ketenagalistrikan, Kamis (18/1). 


Baca Juga: Realisasi Investasi EBTKE Indonesia Mencapai US$ 1,17 Miliar Sampai November 2023

Saat ini, lanjut Jisman, PLTU dari proyek 35 GW sudah sebagian beroperasi komersial (commercial operation date/COD). 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan sudah ada 20,78 GW atau 58% PLTU yang COD, kemudian 9,38 GW (26%) proses konstruksi, 0,63 GW (2%) power purchase aggreement (PPA), lalu 0,91 GW (3%) pengadaan, dan 4,1 GW (11%) perencanaan. 

Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Wanhar menjelaskan, di dalam proyek 35 GW PLTU ini ada beberapa penyesuaian mengikuti permintaan listrik misalnya ditunda atau bahkan diterminasi. 

“Beberapa PLTU ini kapasitasnya kecil yang berada di timur Indonesia dan pembangkit ini sudah tergantikan dengan jaringan transmisi dan gardu induk di sana,” ujarnya ditemui pada kesempatan yang sama.  

Melansir penjelasan dalam RUPTL 2021-2030, Menko bidang Perekonomian sempat menjelaskan di dalam program pembangkit listrik 35 GW masih terdapat 6 GW yang belum financial closing, tetapi penandatanganan PPA telah dilakukan.

Terkait hal tersebut, Presiden setuju membatalkan PPA dengan alasan lingkungan karena sebagaimana disampaikan Kemenkomarves bahwa UU mengenai lingkungan sangat kuat membatalkan hal tersebut. 

Baca Juga: Tiga Proyek Pembangkit Listrik Berskala Jumbo Siap Beroperasi

Di sisi lain, terjadi penurunan proyeksi permintaan listrik akibat pandemi Covid-19 sehingga kebutuhan pasokan listrik pun menurun. Sebagai gambaran, dibandingkan  rata-rata pertumbuhan listrik pada RUPTL 2019-2028 sebesar 6,4% per tahun dan pada RUPTL 2021-2030 rata-rata pertumbuhan turun signifikan ke 4,9% pertahun. 

Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada rata-rata proyeksi pertahun di Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038 yaitu 6,9% pertahun untuk 20 tahun ke depan dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)  2020-2024 yaitu 6,4% per tahun untuk 5 tahun ke depan. 

Senada dengan penjelasan Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo sebelumnya. Dia menyampaikan proyek 35.000 MW menyesuaikan asumsi pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 7%-8% tetapi realita berkata lain. Pandemi Covid-19 mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menjadi di bawah 5%. 

“Program 35 GW dirancang untuk 5 tahun dengan adanya negosiasi ini maka jadwalnya kami undurkan dari yang seharusnya selesai 2019 menjadi 2026 sehingga yang tadinya 5 tahun menjadi 10 tahun,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII (5/7/2023). 

Baca Juga: PLN Terus Mengembangkan Ketersediaan Pasokan Energi Hijau

Kembali mengintip RUPTL 2021-2030, akibat turunnya proyeksi demand pada RUPTL 2021-2030 ada beberapa COD pembangkit yang perlu disesuaikan. 

Misalnya saja di lingkup Jawa-Madura-Bali di antaranya PLTU Banten 660 MW, PLTU Jawa-5 (1.000 MW) dan PLTU Indramayu (1.000 MW) ditunda karena menyesuaikan kebutuhan sistem. 

Kemudian, di sistem Sumatra ada PLTU Lampung Ekstension 300 MW, PLTU MT Riau-1 (600 MW), PLTU MT Banyuasin (240 MW), PLTU MT Sumsel MT ekspansi (350 MW), PLTU MT Sumsel-6 (300 MW), dan PLTU Sumut-2 (600 MW) yang menyesuaikan kebutuhan sistem. 

Baca Juga: PLN pasok listrik 385 MVA ke smelter dan kawasan industri SIIP di Kalimantan Selatan

Sedangkan di sistem Kalimantan ada beberapa pembangkit batubara seperti PLTU Kalbar-2 (100 MW), PLTU Kalselteng 5 (100 MW), PLTU Kalselteng 4 (100 MW), PLTU Kaltim 5 (100 MW) digantikan dengan pembangkit lain. Ada juga pembangkit yang dibatalkan seperti PLTU Kalselteng 3 sebesar 100 MW. 

Adapun di sistem Sulawesi, PLTU Sulbagut 3 sebesar 100 MW yang akan beroperasi di 2027/2028 mengalami penyesuaian lingkup dan kapasitas menjadi PLT EBT Base Sulbagut 3 kapasitas 200 MW. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli