Proyek Baru China Senilai US$137.000.000.000 Menimbulkan Kekhawatiran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. China baru-baru ini memberikan persetujuan untuk membangun proyek bendungan hidroelektrik terbesar di dunia dengan biaya mencapai US$137 miliar.

Proyek ini berlokasi di bagian hilir Sungai Yarlung Zangbo, yang diyakini akan menghasilkan tiga kali lipat kapasitas pembangkit listrik dari Bendungan Tiga Ngarai yang saat ini menjadi yang terbesar di dunia.

Meskipun proyek ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap tujuan China untuk mencapai netralitas karbon, ada sejumlah kekhawatiran serius dari berbagai pihak terkait potensi dampaknya terhadap lingkungan, hak asasi manusia, dan kestabilan geologis daerah tersebut.

Proyek Bendungan Yarlung Zangbo: Rencana Besar dengan Tantangan Besar


Mengutip unilad, bendungan baru ini dirancang untuk menghasilkan sekitar 300 miliar kilowatt-jam listrik setiap tahunnya, sebuah jumlah yang tiga kali lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh Bendungan Tiga Ngarai.

Baca Juga: Tiongkok Akan Bangun Bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air Terbesar di Dunia

Hal ini akan memberikan dorongan besar bagi upaya China dalam memenuhi kebutuhan energi domestiknya sekaligus mendukung pencapaian tujuan iklim global, termasuk pengurangan emisi karbon.

Namun, meskipun prospek kapasitas listrik yang luar biasa, ada beberapa isu serius yang perlu dipertimbangkan.

Proyek bendungan ini akan dibangun di daerah yang rawan gempa, tepatnya di sepanjang batas lempeng tektonik. Namcha Barwa Mountain, yang terletak di kawasan tersebut, akan menjadi salah satu area yang harus dibor untuk memungkinkan konstruksi bendungan dan pembangkit listrik.

Pengeboran tersebut bisa memicu peningkatan frekuensi longsor, serta mengganggu keseimbangan geologi kawasan tersebut. Selain itu, konstruksi besar-besaran di kawasan yang rawan gempa ini meningkatkan kemungkinan terjadinya bencana alam yang lebih besar.

Dampak Terhadap Aliran Sungai dan Negara Tetangga

Salah satu kekhawatiran terbesar adalah dampak proyek ini terhadap aliran air Sungai Yarlung Zangbo, yang mengalir melalui wilayah Tibet dan negara-negara tetangga seperti India dan Bangladesh.

Keputusan untuk memodifikasi aliran sungai dengan menggali terowongan panjang dapat memicu bencana alam seperti banjir bandang di wilayah hilir atau bahkan krisis kekeringan. Hal ini dapat memiliki dampak yang sangat besar pada ekosistem dan kehidupan masyarakat yang bergantung pada aliran air ini untuk kebutuhan sehari-hari.

Tantangan lainnya adalah potensi kontrol yang lebih besar yang dapat dimiliki China atas aliran Sungai Yarlung Tsangpo, yang memiliki panjang 1.125 km.

Laporan tahun 2020 dari Lowy Institute mengungkapkan bahwa kontrol atas sungai-sungai yang mengalir di Dataran Tinggi Tibet dapat memberikan China posisi tawar yang sangat kuat, bahkan dapat mempengaruhi ekonomi negara-negara tetangga, khususnya India.

Ini memicu kekhawatiran politik yang lebih luas mengenai ketergantungan negara-negara tetangga terhadap sumber daya air yang dikendalikan oleh China.

Baca Juga: Impor Minyak Mentah China Turun pada 2024, Pertama dalam Dua Dekade

Dampak Sosial dan Ekologis

Salah satu dampak sosial yang tak terhindarkan dari pembangunan bendungan ini adalah kemungkinan relokasi massal masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah proyek. Meskipun rincian tentang jumlah orang yang akan terdampak belum sepenuhnya jelas, ribuan orang mungkin harus dipindahkan demi kelancaran proyek.

Relokasi ini dapat menyebabkan gangguan sosial dan ekonomi yang signifikan bagi penduduk setempat yang menggantungkan hidup mereka pada pertanian dan kehidupan di sekitar sungai.

Meskipun pihak berwenang China menekankan bahwa proyek ini akan dilaksanakan dengan memprioritaskan perlindungan ekologi, banyak pihak yang meragukan klaim tersebut.

Aktivis lingkungan khawatir bahwa pembangunan bendungan skala besar ini akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih besar, mengingat perubahan besar yang akan terjadi pada ekosistem sungai dan daerah sekitarnya.

Dikhawatirkan bahwa perubahan aliran air dan gangguan pada habitat alami akan mempengaruhi flora dan fauna di sepanjang Sungai Yarlung Zangbo, yang sudah terkenal dengan keanekaragaman hayatinya yang unik.

Sungai Yarlung Tsangpo mengalir melalui wilayah yang sangat bergantung pada air untuk irigasi, pertanian, dan kebutuhan sehari-hari. Mengubah aliran sungai ini dapat memicu dampak buruk terhadap negara-negara yang bergantung padanya, seperti India dan Bangladesh.

Gangguan terhadap aliran air dapat menyebabkan kekeringan atau bahkan banjir yang menghancurkan kehidupan masyarakat di sepanjang aliran sungai tersebut.

Baca Juga: Malaysia Kenakan Bea Antidumping Impor Besi Baja dari China, India, Jepang dan Korsel

Proyek yang Ambisius dengan Waktu Penyelesaian yang Panjang

Proyek bendungan Yarlung Zangbo diperkirakan akan memakan waktu 35 tahun untuk diselesaikan, dengan perkiraan waktu penyelesaian pada tahun 2060.

Meskipun waktu pembangunan yang panjang ini memungkinkan untuk perencanaan yang lebih matang, juga berarti bahwa banyak potensi dampak lingkungan dan sosial yang mungkin baru akan terlihat jauh di masa depan.

Oleh karena itu, penting untuk terus memantau perkembangan proyek ini dan memperhitungkan kembali risiko-risiko yang mungkin muncul selama pembangunan berlangsung.

Selanjutnya: Promo HokBen Hari Ini 13 Januari 2025 dengan ShopeePay, Harga Spesial Hanya Rp 1.000

Menarik Dibaca: The Substance Masih Jadi Film Populer Letterboxd Minggu Ini

Editor: Handoyo