Proyek deep tunnel memerlukan kajian lebih lanjut



JAKARTA. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengatasi banjir di Jakarta. Namun, sampai detik ini, belum ada yang membuahkan hasil.  Atas dasar itu, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, berencana membuat terobosan untuk mengendalikan banjir lewat pembangunan terowongan multifungsi atau yang lebih dikenal dengan nama Multi Purpose Deep Tunnel (MPDT).

Seperti apakah model gorong-gorong raksasa serbaguna yang bakal dibangun mantan Walikota Solo itu? Kamis (3/1) lalu, Jokowi, demikian biasa disapa orang nomor satu di Jakarta ini, memaparkan rencana tersebut secara mendetail. "Selain mengatasi banjir dan macet, deep tunnel yang multifungsi bisa dimanfaatkan untuk akses kabel telepon, listrik, dan saluran gas," ungkapnya.

Konstruksi deep tunnel yang berdiameter 16 meter  dengan kedalaman 40 meter-60 meter tersebut memiliki tiga tingkat. Pertama, bagian atas digunakan untuk akses kendaraan dari arah Timur ke Barat Jakarta. Kedua, bagian tengah untuk ases kendaraan dari arah sebaliknya, yakni Barat ke Timur.  Ketiga, bagian paling bawah difungsikan untuk mengalirkan air.


Jokowi menjelaskan, akses jalan via terowongan sepanjang 19 kilometer yang bakal membentang dari Cawang sampai Pluit ini hanya digunakan ketika tidak hujan. "Saat hujan, deep tunnel sepenuhnya digunakan untuk pengendalian air dan akses kendaraan ditutup," jelasnya.

Adapun pengerjaan proyek antibanjir tersebut diperkirakan selesai empat tahun. Makanya, Jokowi bilang, saat ini tengah mengebut pembuatan  payung hukumnya. Sebab, konsep deep tunnel belum  tertuang dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDRT) Jakarta. "Setelah payung hukumnya tuntas, kami langsung membuat kajiannya," ujarnya.

Nah, untuk merealisasikan terowongan serbaguna ini, dibutuhkan anggaran paling sedikit Rp 16 triliun. Sumber pembiayaan bisa berasal dari swasta murni atau gabungan pemerintah dan swasta. Jokowi berharap, semua investasi dari swasta. Tapi, tidak menutup kemungkinan kerjasama pemerintah pusat dan daerah dengan pola 70:30 atau 80:20. "Kami akan perhitungkan lagi komposisinya," jelasnya. Jokowi mengklaim telah mengantongi tiga investor yang berminat menggarap proyek deep tunnel. Namun, siapa tiga investor itu, ia masih menutup rapat-rapat.

Pengamat Perkotaan dan Transportasi dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menyarankan, Jokowi terlebih dahulu mencermati kajiannya sebelum memutuskan membangun deep tunnel.

Alasannya, ide deep tunnel sebenarnya sudah ada saat pemerintahan gubernur sebelumnya, yakni Sutiyoso dan berlanjut ke Fauzi Bowo. Hanya saja, konsep ini tidak juga direalisasikan. "Jadi, layak tidaknya deep tunnel untuk mengatasi banjir harus dikaji betul," terangnya.

Yayat mengingatkan, bila deep tunnel jadi dibangun, Jokowi diminta tidak menjadikan proyek ini sebagai solusi tunggal mengatasi banjir.Karena, sinergi deep tunnel dengan sistem drainase mutlak dilakukan. "Percuma kalau membangun deep tunnel tapi sungai tak dipelihara. Belum tentu keberhasilan deep tunnel di Malaysia bisa direplikasi di Jakarta," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dadan M. Ramdan