KONTAN.CO.ID - KALIMANTAN. PT Pertamina EP memproyeksi Tanjung Polymer Field Trial (TPFT) dengan menggunakan metode EOR bisa menghasilkan 80 barel perhari. Perseroan berharap dengan metode EOR bisa mencapai recovery factor sampai 60%. Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan penerapan metode EOR dalam pengeboran minyak akan dipantau selama 11 bulan. "Ini membutuhkan waktu sekitar 11 bulan untuk kita bisa lanjut atau tidak lanjut dengan model ini," ungkap Nanang usai peresmian proyek TPFT, di cluster T46 Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (20/12). Diharapkan sebelum 11 bulan, pengeboran di proyek TPFT dengan menggunakan metode EOR sudah bisa terlihat hasilnya. Seperti peningkatan produksi dan tekanan minyak. Perseroan telah menginjeksi di rate sekitar 1.000. Pada rate tersebut ada konsentrasi polimer sekitar 2.000 BBF (Bakteri Bentuk Filament). Pertamina EP dalam proyek TPFT didukung oleh Dirjen Migas, Kementerian ESDM, SKK Migas dan Direktorat Hulu. Semua keperluan proyek direncanakan dengan matang sejak tahun 2015. Perusahaan plat merah tersebut sudah bekerjasama dengan ITB hampir satu tahun untuk memilih polimer yang tepat. Dari kerjasama itulah terpilih polimer yang tepat dan efisien yakni polimer dari SNF, perusahaan asal Prancis. Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Arizon Suardin mengapresiasi langkah yang dilakukan Pertamina EP. "Yang jadi masalah di Indonesia ini bukan tidak ada minyaknya, tapi recovery factor untuk cara-cara yang biasa itu baru bisa menghasilkan mungkin antara 25-35%. Jadi minyaknya masih ada di bawah sana," ungkap Jaffee. Jaffee berharap dengan adanya Tanjung Polimer Field Trial bisa menambah produksi minyak di Tanjung sebesar 7%-10% atau sekitar 80 barel per hari. Saat ini existing produksi minyak di Tanjung sekitar 120 barel per hari. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Proyek EOR Pertamina EP di Tanjung Kalimantan bisa hasilkan 80 bph
KONTAN.CO.ID - KALIMANTAN. PT Pertamina EP memproyeksi Tanjung Polymer Field Trial (TPFT) dengan menggunakan metode EOR bisa menghasilkan 80 barel perhari. Perseroan berharap dengan metode EOR bisa mencapai recovery factor sampai 60%. Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan penerapan metode EOR dalam pengeboran minyak akan dipantau selama 11 bulan. "Ini membutuhkan waktu sekitar 11 bulan untuk kita bisa lanjut atau tidak lanjut dengan model ini," ungkap Nanang usai peresmian proyek TPFT, di cluster T46 Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (20/12). Diharapkan sebelum 11 bulan, pengeboran di proyek TPFT dengan menggunakan metode EOR sudah bisa terlihat hasilnya. Seperti peningkatan produksi dan tekanan minyak. Perseroan telah menginjeksi di rate sekitar 1.000. Pada rate tersebut ada konsentrasi polimer sekitar 2.000 BBF (Bakteri Bentuk Filament). Pertamina EP dalam proyek TPFT didukung oleh Dirjen Migas, Kementerian ESDM, SKK Migas dan Direktorat Hulu. Semua keperluan proyek direncanakan dengan matang sejak tahun 2015. Perusahaan plat merah tersebut sudah bekerjasama dengan ITB hampir satu tahun untuk memilih polimer yang tepat. Dari kerjasama itulah terpilih polimer yang tepat dan efisien yakni polimer dari SNF, perusahaan asal Prancis. Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Arizon Suardin mengapresiasi langkah yang dilakukan Pertamina EP. "Yang jadi masalah di Indonesia ini bukan tidak ada minyaknya, tapi recovery factor untuk cara-cara yang biasa itu baru bisa menghasilkan mungkin antara 25-35%. Jadi minyaknya masih ada di bawah sana," ungkap Jaffee. Jaffee berharap dengan adanya Tanjung Polimer Field Trial bisa menambah produksi minyak di Tanjung sebesar 7%-10% atau sekitar 80 barel per hari. Saat ini existing produksi minyak di Tanjung sekitar 120 barel per hari. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News