Proyek Gas Tiung Biru Blok Cepu mungkin molor



JAKARTA. Proyek konstruksi untuk fasilitas pengelolahan gas yang ditargetkan berproduksi pada 2019 mendatang belum juga menemui titik terang. Pengelolahan gas yang di targetkan dapat memulai produksi pada 2019 diduga molor. Hal ini lantaran sampai sekarang produksi gas dari Lapangan Jimbaran Tiung Biru di Blok Cepu belum juga laku terjual.

Adriansyah, Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu (PEPC) mengatakan, pengembangan gas berbeda dengan pengembangan minyak, di mana gas harus ada yang menyerap. “Kami harus menunggu pengembang soal kepastian siapa yang akan menyerap terlebih dahulu. Kemudian, baru kami akan kembangkan,” ujar Adriansyah kepada KONTAN, Rabu (31/8)

Setelah jelas siapa yang akan menyerap, baru pihaknya akan mulai membangun kilang. Pembangunan tersebut membutuhkan waktu kurang lebih selama 36 bulan. Adriansyah berharap tahun ini paling lambat sudah ada kepastian siapa yang akan menyerap. “Kami berharap awal tahun depan sudah dapat dieksekusi,” ungkapnya.


Pada tahun 2012 ditetapkan harga gas US$ 8 dengan eskalasi dua persen per mmbtu. Artinya, pada tahun 2019 maupun 2020 mendatang harga menjadi lebih mahal sedangkan pihak Pupuk Kujang Cikampek (PKC) menginginkan harga gas sebesar US$ 7 per mmbtu. “Harga gas akan semakin mahal, bisa mencapai US$ 9,3 pada 2020 mendatang,” ujar Adriansyah.

Gas tersebut tadinya akan diserap oleh Pupuk Kujang Cikampek sebanyak 81 mmscfd. Namun, lantaran tidak mencapai kesepakatan harga, PKC membatalkan pembelian gas tersebut. Adriansyah mengatakan pihaknya berharap PT Pertamina (Persero) dapat menyerap gas tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini