JAKARTA. Sehari sebelum upacara peletakan batu pertama proyek tanggul raksasa atau Giant Sea Wall (GWS) dimulai, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bersuara. PLN menilai proyek ini berpotensi memadamkan listrik Jakarta karena menggangu operasional dua pembangkit. Menurut PLN, pembangunan tanggul raksasa penahan banjir laut akan mengganggu aktivitas dua pembangkit listrik tenaga gas milik PLN di dekat lokasi pembangunan mega proyek itu. Yakni, pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Tanjung Priok dan PLTGU Muara Karang. Total daya yang dihasilkan pembangkit ini mencapai sekitar 4.000 megawatt (MW). Rencananya pembangunan GWS terdiri dari tiga tahap, yakni GSW A, B, C. Adapun penancapan tiang perdana pada Kamis (9/10) ini adalah tahap GSW A yang merupakan proyek reklamasi pantai serta proyek peninggian tanggul rob di bibir pantai utara sepanjang 63 kilometer (km).
Proyek reklamasi inilah yang ditakutkan oleh PLN. PLN khawatir proyek itu akan membuat air laut di sekitar pembangkit menyusut. Padahal, selama ini air laut tersebut menjadi media pendingin untuk dua pembangkit gas itu agar tetap bisa beroperasi. Karena itu, Direktur Perencanaan dan Pembinaan Afiliasi PT PLN, Murtaqi Syamsuddin, meminta pengembang GSW berhati-hati dalam melakukan pembangunan dan mesti berkoordinasi dengan PLN. "Desainnya harus dikoordinasikan, pelaksanaannya jangan sampai mengganggu kedua pembangkit," kata Murtaqi di kantor pusat PLN, Rabu (8/10) kemarin. Dalam perkiraan PLN, jika pantai direklamasi, pembangkit akan kesulitan mendapat media pendingin. Akibatnya PLTGU rawan rusak. Jika dua pembangkit utama penyuplai setrum Jakarta ini rusak, DKI Jakarta bisa kehilangan listrik sebesar 4.000 MW tersebut. "Apa gunanya pembangunan GSW dengan cara reklamasi kalau tidak ada pasokan listrik di Jakarta?" terang dia.