KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek hilirisasi yang berjalan beberapa tahun terakhir dipastikan bakal berlanjut di tangan Presiden Prabowo Subianto. Alhasil, hal tersebut dapat menjadi suntikan bagi perbankan untuk meningkatkan kredit korporasi ke sektor yang berkaitan dengan hilirisasi atau pengolahan. Adanya proyek hilirisasi telah membuahkan hasil di mana kredit korporasi perbankan banyak didominasi ke sektor industri pengolahan. Hal tersebut tercermin dari data Bank Indonesia (BI) per Oktober 2024 yang mencatat kredit kes sektor tersebut mencapai Rp 1.145,3 triliun. Jika dibandingkan dengan total kredit secara keseluruhan di periode tersebut, kredit ke sektor industri pengolahan berkontribusi sekitar 15,11%, terbesar kedua. Ini di bawah penyaluran kredit ke sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang berkontribusi 17,88% dari total kredit.
Baca Juga: Bahlil Sebut Hilirisasi Jadi Kunci Indonesia Keluar dari Middle Income Trap Namun, jika dilihat dari sisi pertumbuhan, sejatinya pertumbuhan kredit ke sektor industri pengolahan hanya satu digit dibandingkan beberapa sektor lainnya yang mampu mencapai dua digit. Secara rinci, untuk kredit modal kerja ke sektor industri pengolahan hanya tumbuh 6,8% YoY, sementara untuk kredit investasinya tumbuh 8,7% YoY. Sementara itu, pertumbuhan kredit paling tinggi masih terjadi di sektor pertambangan yang bisa mencapai 43,8% untuk kredit modal kerja. Seperti diketahui, beberapa kredit ke sektor pertambangan juga ada yang bertujuan untuk hilirisasi. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan bahwa saat ini kredit korporasi sejatinya memang ditopang oleh proyek-proyek hilirisasi. Namun, ia ragu hal tersebut masih akan terjadi di tahun depan. “Cuma tahun ini sudah banyak sekali, jadi kita juga gak tahu tahun depan masih ada kesempatan atau tidak di hilirisasi ya,” ujar Jahja, belum lama ini.
Baca Juga: Ini Penyebab Kredit Sindikasi Turun saat Kredit Korporasi Mampu Tumbuh Hanya saja, ia masih berharap permintaan untuk kredit untuk proyek hilirisasi masih cukup tinggi di tahun depan. Sebab, ia menilai saat ini kredit yang berkaitan dengan sektor hilirisasi lebih baik dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. “Kalau memungkinkan sih kita tetap mau di proyek yang hilirisasi itu. Masih banyak kesempatan soalnya,” ujar Jahja. Per September 2024, kredit BCA paling banyak disalurkan ke sektor manufaktur dengan nilai mencapai Rp 174,84 triliun. Di mana, di dalamnya juga termasuk kredit-kredit yang berkaitan dengan proyek hilirisasi. Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk Sigit Prastowo bilang pihaknya selalu mendukung arahan strategis pemerintah, salah satunya melalui penyaluran kredit pada industri hilirisasi. Saat ini, ia melihat sebagian besar kredit untuk sektor hilirisasi telah tercermin dalam portofolio
wholesale bank berlogo pita emas ini. Adapun hingga Oktober 2024, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit ke sektor pengolahan tumbuh positif 17,74%
year on year (yoy) menjadi Rp 179,52 triliun. Kredit yang dikucurkan di sektor hilirisasi minerba juga meningkat 60,56% yoy. “Memasuki tahun depan, hilirisasi tetap menjadi fokus pemerintahan baru, dimana kami akan terus berkontribusi, terutama pada pembiayaan proyek strategis pemerintah,” ujar Sigit (3/12). Baca Juga:
Bank Mandiri Catat Pertumbuhan Kredit Korporasi 29,4%, Tetap Patuhi BMPK Dalam penerapannya, Sigit bilang pihaknya akan selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian. Beberapa contohnya adalah dengan memastikan proyek yang dibiayai telah beroperasi secara komersial dan memiliki kontrak kerja yang jelas. “Dari sisi sektor, kami juga menargetkan sektor-sektor hilirisasi yang prospektif dan resilien, seperti perkebunan, misalnya CPO, tambang, seperti nikel,” tambahnya. Sedikit berbeda, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Royke Tumilaar mengungkapkan bahwa kredit ke sektor-sektor hilirisasi masih belum mendominasi kredit di bank berlogo 46 ini. Ia bilang kebanyakan kredit BNI ke sektor kesehatan dan energi.
“Proyek hilirisasi kebanyakan untuk kredit sindikasi,” ujar Royke singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih