KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) berpotensi dilanjutkan menjadi proyek strategis nasional oleh pemerintahan baru. Hal ini tercermin dari hasil sementara perolehan suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Per Jumat (16/2), pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memperoleh 57,29% suara, dalam data Sistem Sistem Informasi Rekapitulasi Pilkada (Sirekap) Komisi Pemilihan Umum (KPU). Menurut data Sirekap, Prabowo-Gibran memperoleh 40.225.558 suara. Sementara itu, pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapat 24,76% atau 17.385.086 suara.
Kemudian pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendapatkan 17,95% atau 12.601.335 suara. Perolehan suara tersebut diperoleh dari data yang masuk sebesar 61,92%, mencakup 509.769 dari total 823.236 tempat pemungutan suara (TPS).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Semen di Tengah Pembangunan IKN yang Berlanjut Selama masa kampanye, pasangan Prabowo-Gibran kerap menggaungkan kelanjutan pembangunan IKN dalam program mereka jika nanti terpilih. Hal ini dianggap bisa menjadi sentimen positif terhadap kinerja emiten BUMN Karya. Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, transisi pergantian pemerintah di tahun ini akan berjalan lancar. “Namun, mungkin yang menjadi masalah adalah soal rasio utang BUMN Karya yang masih tinggi,” ungkapnya kepada Kontan, Minggu (18/2). Budi melihat, kelanjutan proyek IKN sampai saat ini belum dapat mengangkat saham-saham emiten BUMN Karya, padahal proyek pembangunannya sudah berjalan. “Jadi, tidak sepenuhnya yakin mereka akan mendapatkan efek positif signifikan dalam waktu dekat atau di tahun ini,” ungkapnya. Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan melihat, hasil perhitungan sementara yang memenangkan pasangan Prabowo-Gibran yang identik sebagai penerus kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi), tentu menjadi sentimen positif bagi BUMN Karya yang tengah menggarap IKN. Faktor transisi pemerintah dinilai sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek pemerintah termasuk BUMN. Emiten BUMN Karya juga banyak mengandalkan proyek-proyek yang terafiliasi Pemerintah, sehingga pasti akan kena dampak positifnya. “Namun, pengaruhnya bersifat sementara, karena proses transisi tidak berlangsung lama,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (16/2). Kinerja emiten BUMN Karya tahun ini juga masih cukup berat, baik untuk pemulihan performa order book, pendapatan, dan laba. Namun, setidaknya mereka sudah berada dalam track pemulihan. “Kondisi leverage yang tinggi pada kondisi profitabilitas yang belum stabil atau bahkan merugi membuat sulit untuk mendapatkan pendanaan. Sehingga, mereka punya keterbatasan untuk mendapatkan dan mengeksekusi proyek,” ungkapnya.
Baca Juga: Menilik Potensi Pembagian Dividen dari Emiten BUMN di Tahun Ini Menurut Alfred, emiten BUMN Karya cenderung memperbesar segmen proyek non-Pemerintah termasuk ekspansi ke luar negeri pada masa sebelum Pandemi Covid-19. Saat badai pandemi menerjang, emiten BUMN Karya pun mengalami penurunan tingkat solvabilitas alias kemampuan memenuhi kewajiban. Bahkan, ada yang mengalami gagal bayar dan harus direstrukturisasi. Kondisi likuiditas emiten BUMN Karya kini menjadi beban besar yang menghalangi mereka untuk pulih dengan cepat dan ekspansi. Masalah tersebut bisa dibantu lewat suntikan modal, restrukturisasi, pinjaman perbankan BUMN, dan divestasi.
“Namun, ini semua ada di ranah Pemerintah, khususnya Kementerian BUMN. Tinggal dilihat seberapa besar kemauan Pemerintah ke depan. Kondisi BUMN Karya saat ini sangat tergantung oleh Pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas,” ungkapnya. Baik Budi maupun Alfred saat ini belum memiliki rekomendasi untuk saham emiten BUMN Karya. “Namun, dari pengamatan kami, secara teknikal harga saham BUMN Karya hari Jumat (16/2) mengalami profit taking pasca euforia hasil result quick count. Sehingga, dalam jangka pendek masih akan berpotensi koreksi,” kata Alfred. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .